Puti: Pancasila itu sosio nasionalisme dan sosio demokrasi
Calon Wakil Gubernur Jawa Timur, Puti Guntur Soekarno terus menyuarakan kebesaran Indonesia
Calon Wakil Gubernur Jawa Timur, Puti Guntur Soekarno terus menyuarakan kebesaran Indonesia. Di Universitas Kokushikan Jepang, Puti mengungkapkan Pancasila merupakan sumber persatuan bangsa.
"Bung Karno pernah menyampaikan, kita dapat memeras Pancasila menjadi Trisila dalam rupa Sosio-nasionalisme, Sosio-demokrasi dan Ketuhanan, dan bahkan Trisila pun masih dapat diperas menjadi Ekasila, yaitu Gotong royong, ini adalah saripati dari peradaban bangsa Indonesia. Terhadap formulasi itu, saya menilai tak ada yang keliru sama sekali," kata Puti Guntur Soekarno, Rabu (31/1).
-
Siapa yang menemui Gus Miftah? Calon Wakil Presiden (cawapres) Gibran Rakabuming Raka menemui pendakwah asal Yogyakarta, Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah, Selasa (26/3).
-
Apa yang dilakukan Yusuf bersama Ikram Rosadi? Sejak datang ke klinik, Yusuf seakan tak terpisahkan dengan sang ayah sambung yang menyemangatinya sebelum disunat.
-
Kapan Gibran bertemu Gus Miftah? Calon Wakil Presiden (cawapres) Gibran Rakabuming Raka menemui pendakwah asal Yogyakarta, Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah, Selasa (26/3).
-
Dimana pertemuan Gibran dan Gus Miftah? Keduanya bertemu di kediaman Miftah, Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman.
-
Kenapa Gibran menemui Gus Miftah? Gibran mengaku meminta bantuan doa agar diberikan lancar. Ia juga menegaskan pertemuannya dengan Miftah tidak membicarakan soal program dana abadi untuk Pondok (ponpes). "Silaturahmi, sudah lama tidak bertemu sejak coblosan," ungkapnya.
-
Kapan Yusuf mulai beternak itik? Ahmad Yusuf (22) sudah mulai beternak itik sejak usianya masih 15 tahun.
Puti menuturkan, untuk bisa sampai ke arah inti Pancasila, proses panjang dilakukan Soekarno. Bung Karno dengan tegas melakukan penelusuran kehidupan dari tahun ke tahun, dari peradaban ke peradaban. Bung Karno mengetahui hakikat dan asal-usul Pancasila. Dalam pada itu, pengetahuan mengenai sejarah perjuangan bangsa mutlak diperlukan.
Melalui penelusuran benang merah sejarah Indonesia maka dapat disarikan bahwa Pancasila yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, merupakan kristalisasi sejarah peradaban bangsa yang digali Bung Karno dari sejak masa pra-Hindu, masa Hindu-Budha, masa Islam, dan periode kontak dengan Barat (kolonialisme).
Proses panjang inilah yang membuat Pancasila sebagai panutan bangsa. Namun, tingkat pemahaman tidak bisa dipisahkan, dengan begitu akan ketemu makna sebenarnya keberadaan Pancasila.
"Pancasila tidak akan dapat dipahami dengan baik jika dipisahkan dari sejarah dan penggalinya. Menurut Bung Karno pada setiap masa dari saf-saf peradaban yang digali, ditemukan sesuatu yang esensial dan universal melandasi kehidupan masyarakat Indonesia, seperti Pengakuan terhadap kekuasaan Yang Maha Esa (Hyang Widi), sikap welas asih terhadap sesama, hidup guyub rukun (bersatu) dalam sendi kehidupan asah-asih-asuh juga hidup saling berbagi sehingga alam raya dan sekitarnya makmur sentausa. Pada masanya nilai-nilai ini melembaga dalam cara hidup gotong royong di Indonesia," jelas Puti.
Dengan melihat perkembangan saat ini, Puti merasakan kalau apa yang diinginkan Soekarno sangat tepat. Menurut dia, sangat tepat jika gotong royong diangkat dan diformulasikan secara aktual dalam format dasar negara modern sebagai Pancasila, yaitu kebangsaan (nasionalisme), kemanusiaan (internasionalisme), musyawarah-mufakat (demokrasi), keadilan sosial (sosialisme), dan ketuhanan yang berkebudayaan.
Hal ini juga pernah diutarakan Bung Karno pada 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPK. Dalam perkembangannya setelah pidato Pancasila 1 Juni 1945, Bung Karno diterima sidang dan ditetapkan sebagai 'kertas kerja' yang akan dibahas dalam panitia kecil untuk merumuskan undang-undang dasar, dan juga oleh Panitia Sembilan yang diketuai Bung Karno, hingga pada 18 Agustus 1945 susunan danredaksional Pancasila disempurnakan seperti tertera dalam Pembukaan, yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
"Sangat jelas bahwa Pancasila akanmengakomudir seluruh proses kehidupan. Pancasila menjadi dasar negara dengan jelas. Di sini tidak melupakan tuhan, juga tidak meninggalkan budaya," katanya.
(mdk/paw)