Rahasia merawat cinta versi Habibie dan Ainun
Namun kehilangan Ainun merupakan goncangan terbesar yang menerpa hidupnya.
"Rasa kehilangan itu masih ada, tapi saya percaya Ainun selalu ada bersama saya, di hati,” kata Bacharuddin Jusuf Habibie seperti dikutip dari buku Mantra Layar Kaca, karya Fenty Effendy. Sekuat itulah ikatan batin antara Ainun dan BJ Habibie. Mereka memiliki ikatan yang tak dipudarkan waktu yang berjalan.
Namun ketika mereka berdua memutuskan untuk menempuh jenjang lebih serius dengan membangun rumah tangga, keduanya membuat kesepakatan. Janji tersebut diingat keduanya di luar kepala. Antara lain ialah:
1. Ainun dan saya harus terbuka, jujur, dan tulus memberi dan menerima pandangan, pemikiran, dan keinginan masing-masing. Antara kami tidak boleh ada sekat atau dingin pemisah.
2. Masa lampau Ainun adalah milik Ainun dan masa lampau saya adalah milik saya! Masa depan adalah milik Ainun dan saya.
3. Ainun dan saya berjanji untuk selalu bersama membangun keluarga sejahtera, penuh dengan cinta yang berakar pada nilai-nilai Al-Quran dan budaya kami.
4. Ainun menjadikan saya sebagai suami yang ia idam-idamkan. Saya menjadikan Ainun sebagai istri yang saya cita-citakan.
5. Jikalau saya mendapat godaan dalam bentuk apa saja, maka saya selalu kembalikan ke-4 kesepakatan saya dan Ainun tersebut.
BJ Habibie masih ingat benar setiap hari Ainun selalu membisikinya sebelum beranjak tidur. Dengan lirih Aiun selalu mengingatkan agar BJ Habibie tak lupa minum obat. Selain itu, Ainun selalu mengingatkan ketika BJ Habibie kerja sampai larut malam agat lekas tidur biar kesehatannya tetap terjaga.
Hingga pernah suatu kali BJ Habibie tak menghiraukan permintaan Ainun agar dia tak kerja sampai larut malam. Lantas istrinya tersebut marah dan berkata, “Kamu bukan Superman.” BJ Habibie lantas menyadarinya bahwa tubuhnya juga perlu waktu untuk istirahat, dengan sigap dia langsung merebahkan diri di kasur.
Ainun selalu menemani ke manapun BJ Habibie berada. Mereka lalui hari-hari bersama. Hingga bagi BJ Habibie, Ainun adalah istri, kawan, patner, penasehat, penyejuk jiwa, pember ketenangan, dan guru kehidupannya.
Namun kehilangan Ainun merupakan goncangan terbesar yang menerpa hidupnya. Bagi BJ Habibie, kala itu dia telah kehilangan separuh jiwanya. Sebab istri tercintanya sudah 48 tahun terintegrasi dalam dirinya. “Diri ini,” lanjut BJ Habibie, “Sudah menjadi bagian dari istri saya.”