Ridwan Kamil Sebut Nakes di Jabar Terinfeksi Covid-19 Turun Sejak Vaksinasi
Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil berharap vaksinasi Covid-19 berpengaruh terhadap munculnya imun tubuh nakes.
Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah Jawa Barat Ridwan Kamil yang juga Gubernur Jabar mengatakan, jumlah kasus aktif virus corona tenaga kesehatan (nakes) di daerah tersebut menurun sejak program vaksinasi berjalan.
"Sebelum ada vaksinasi kasus Covid-19 nakes cenderung naik, tapi setelah dilakukan vaksinasi penularan terhadap nakes semakin turun. Mudah-mudahan ini karena kekebalan tubuh dari nakes yang sudah divaksin," kata Kang Emil di Bandung, seperti dikutip Antara, Selasa (16/3).
-
Apa yang dirasakan Vincent Raditya saat mengalami flu Singapura? Vincent Raditya menyatakan bahwa pada tahap awal, ia mengalami demam tinggi selama tiga hari. Ia merasakan tubuhnya lemas dan berat, serta mengalami nyeri pada leher.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
-
Kenapa bentuk kapsid virus berbeda-beda? Bentuk kapsid sangat bergantung pada jenis virusnya. Kapsid virus bisa berbentuk bulat, polihedral, heliks, atau bentuk lain yang lebih kompleks. Kapsid tersusun atas banyak kapsomer atau sub-unit protein.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana vaksin polio memberikan kekebalan terhadap virus? Vaksin bekerja dengan memperkenalkan virus yang dilemahkan atau sudah mati ke dalam tubuh manusia. Dalam respons terhadap vaksinasi tersebut, tubuh akan menghasilkan antibodi untuk melawan virus polio.
Kondisi tersebut menunjukkan adanya kemungkinan antibodi vaksin Covid-19 sudah mulai terbentuk dan bekerja.
Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil berharap vaksinasi Covid-19 berpengaruh terhadap munculnya imun tubuh nakes.
Berdasarkan data KPCEN per 12 Maret 2021 pukul 15.00 Wib, jumlah sasaran vaksinasi SDM Kesehatan di Jabar yakni 181.701 orang. Jumlah SDM Kesehatan yang sudah divaksin dosis 1 sebanyak 175.172 orang (96,41 persen) dan dosis 2 sebanyak 141.375 orang (77,81persen).
Selain itu, Kang Emil menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen mempercepat vaksinasi tahap II dengan sasaran lansia dan pelayan publik. Vaksinasi tahap II pun ditargetkan selesai akhir Juni 2021.
Untuk mewujudkan target tersebut, kata Kang Emil, pihaknya harus menyuntik vaksin Covid-19 kepada 150 ribu orang per hari. Gedung-gedung besar pun akan dimanfaatkan sebagai tempat pelayanan vaksinasi, termasuk Gedung Pakuan dan Gedung Sate.
"Kita harus menyuntik 150 ribu orang per hari dan ternyata Puskesmas tidak memadai untuk penyuntikan. Karena itu, kami butuh 40-an gedung besar untuk bisa memvaksin massal dua ribu orang per hari," tuturnya.
Jumlah sasaran vaksinasi tahap II di Jabar sekitar 6,6 juta orang. Rinciannya, ada 4.403.984 lansia yang jadi target, sementara petugas publik mencapai 2.195.215 orang.
Menurut Kang Emil, percepatan vaksinasi perlu dilakukan. Selain untuk membentuk kekebalan kelompok, vaksin Covid-19 yang digunakan saat ini memiliki kedaluwarsa selama enam bulan.
"Saya tadi rapat dengan Kemenkes. Kalau untuk vaksinasi profesi publik Jabar ranking satu alias paling banyak, seperti wartawan, TNI, Polri, guru. Tapi, lansia masih kurang atau ranking tiga. Maka, minggu ini, kami akan memaksimalkan penyuntikan kelompok lansia," ucapnya.
"Kolaborasi ini akan membuat Jabar sukses dalam vaksinasi, tanpa dukungan tersebut kami khawatir target tidak tercapai dan vaksin keburu kedaluwarsa," imbuhnya.
Kang Emil meminta masyarakat Jabar untuk tidak khawatir terkait vaksin Covid-19 yang kedaluwarsa. Karena Pemda Provinsi Jabar memastikan tidak akan ada vaksin Covid-19 kedaluwarsa yang digunakan.
"Publik jangan khawatir tidak ada di Jabar menggunakan vaksin kedaluwarsa. Kami tidak akan pernah melanggar prosedur," katanya.
Selain memaparkan rencana vaksinasi Covid-19, Kang Emil juga melaporkan penanganan Covid-19 di Jabar. Per 11 Maret 2021, desa/kelurahan berstatus zona merah atau risiko tinggi turun dari 299 desa/kelurahan menjadi 137 desa/kelurahan.
Jika ditarik dalam skala RT (rukun tangga), jumlah RT berstatus zona merah pun turun dari 3.533 RT menjadi 640 RT.
"Desa-desa yang status mikronya zona merah dari minggu lalu 299 desa/kelurahan sekarang tinggal 137 desa/kelurahan yang zona merah," ujarnya.
"Jadi PPKM ini sangat pas karena mengunci permasalahan di skala kecil tanpa mengorbankan kewilayahan yang lebih luas," imbuhnya.
Kang Emil juga melaporkan, tingkat kepatuhan masyarakat dalam memakai masker dan menjaga jarak terus meningkat. Rata-rata tingkat kepatuhan masyarakat Jabar stabil di atas 80 persen.
"Tingkat kepatuhan prokes minggu ini terjaga, jaga jarak 83 persen dan pakai masker 85 persen. Mudah-mudahan bisa bertahan dan lebih meningkat lagi," katanya.
"Tingkat keterisian rumah sakit di Jabar secara umun juga makin turun, per hari ini tinggal 54 persen, sempat 80 persen di awal tahun. Ini berkolerasi dengan kasus yang juga turun," tambahnya.
Baca juga:
Dihentikan di Eropa, Australia Tetap Gunakan Vaksin Covid-19 AstraZeneca
Kementerian BUMN Perluas Vaksinasi Lansia Bukan Warga DKI Jakarta
Kemenkes Tegaskan Vaksin Covid-19 yang Mau Kedaluwarsa Sudah Habis
Jokowi: Kita Berharap Bali Bisa Segera Bangkit Apabila Vaksinasi Terus Berjalan
Kemenkes Jamin Serangan Jantung & Lumpuh Bukan Efek Samping Vaksin Covid-19
Dokter Paru soal Kasus Banyumas: Belum Pernah Ada Vaksin Picu Serangan Jantung