Rohimi, pahlawan kebersihan
Datang ke Jakarta sejak usia 9 tahun, satu hal yang diinginkan Rohimi sekarang adalah, pergi ke Pantai Ancol.
Berseragam jingga dan bersenjatakan sapu lidi serta pengki, Rohimi (46) harus berjuang setiap hari untuk menjaga Jakarta tetap bersih. Ibu dari 5 anak ini harus memulai aktivitasnya dari pukul 03.30 WIB pagi hingga 13.00 WIB, bertarung dengan sampah jalanan mulai Cawang hingga Pancoran. Tujuannya tunggal, agar jalanan Jakarta nyaman untuk dilalui.
Rohimi hanyalah satu dari sekian pejuang kebersihan wanita yang bekerja untuk Dinas Kebersihan Jakarta. 11 tahun sudah dia mengabdi di jalanan Jakarta, memungut setiap sampah yang terbuang di jalan. Ibu dari 5 anak ini di beri insentif Rp 700.000 hingga Rp 800.000 setiap bulannya sebagai hasil dari keringat yang dia teteskan mulai pagi buta hingga tengah hari.
Untuk menghidupi dirinya beserta suaminya yang sudah beranjak uzur, Rohimi merasa penghasilannya cukup. Dia merasa tidak perlu untuk menambah jam kerjanya. Menurut dia, uang lembur setiap jamnya tidak menarik minat untuk menambah jam kerja. "Kalau mau lembur Rp 1.000 per jam-nya, mulai siang jam 1 hingga jam 6 sore, saya nggak tertarik," kata Rohimi.
Rohimi membawa serta suaminya, Rojak (65 tahun), untuk membantunya menyapu jalanan walaupun suaminya tidak dibayar untuk pekerjaannya. Membawa suami dalam menyelesaikan pekerjaannya membuat Rohimi merasa tenang. Dia mengaku bahwa dirinya tidak bisa meninggalkan suaminya sendirian di rumah. Dengan kondisi suaminya yang mulai uzur, Rohimi khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan saat suaminya lepas dari pengawasannya.
Rohimi bercerita bahwa sebelum mulai pikun, Rojak bekerja membuang sampah menggunakan gerobak, terkadang berjualan jagung. Setelah daya ingatnya mulai menurun, Rojak membantu Rohimi menyapu trotoar atau bahu jalan sedangkan Rohimi menyapu bagian tengah jalan dan jalur Busway. Sebagai penyapu jalur busway, dirinya malah belum pernah menikmati bepergian menggunakan sarana transportasi tersebut.
Rohimi mengaku tidak berat menjalani pekerjaannya, walaupun membawa serta suaminya. Dinginnya pagi, panasnya siang, tidak menghentikan pengabdiannya sebagai penyapu jalanan.
Dirinya yang sempat sakit selama dua tahun, tetap menjalankan tugasnya sebagai penyapu jalanan. Hanya satu hal yang dia resahkan, bahkan kerap membuatnya menitikkan airmata, angin. Angin adalah musuh utama bagi Rohimi juga penyapu jalan yang lain. "Kalau anginnya gede, sebel banget, pernah sampe nangis gara-gara angin. Kalau demo malah gak berat, kan macet jadi ga ada angin, enak nyapu tengah, orang-orang juga pada sebel sama angin," ujarnya.
Wanita penyuka kucing ini sedih sekali saat harus menyingkirkan bangkai kucing yang mati tertabrak kendaraan di jalan. Tidak hanya bangkai binatang yang sering ia temui, sering kali ia harus menyingkirkan banyak sekali paku yang tersebar di jalanan yang berbahaya bagi pengguna jalan.
Pada usianya sekarang, satu hal yang dia inginkan adalah mengunjungi pantai Ancol. Sebagai pendatang asal Brebes yang sudah sejak umur 9 tahun tinggal di Jakarta, Rohimi belum pernah mengunjungi Ancol. Dirinya juga berharap bisa berekreasi bersama teman-temannya dari Dinak Kebersihan Kota Jakarta.