Rusuh Wamena: Demi Hidup Erizal Pura-Pura Mati, Tapi Kehilangan Anak Istri
Erizal berharap konflik tersebut bisa segera terselesaikan, sehingga tidak banyak lagi korban jiwa yang berjatuhan dan para perantau Minang di sana bisa segera dipulangkan dari Wamena.
Hari itu, 23 September 2019. Minang Erizal (42) tak punya firasat buruk apapun. Dia beraktivitas seperti biasanya.
Erizal sudah berada di sebuah kios tempatnya bekerja. Termasuk istri dan anaknya. Tiba-tiba, 30 orang datang, langsung masuk.
-
Kapan upacara wisuda purnabakti Kemenkumham diadakan? Dalam periode 1 September 2022 - 1 Agustus 2023 tercatat 1.288 Pegawai pensiun yang tersebar pada Unit Utama, Kantor Wilayah, hingga Unit Pelaksana Teknis Kemenkumham.
-
Kenapa Wa Kepoh begitu digemari pendengar? Kehadirannya selalu ditunggu para pendengar, karena gaya mendongeng yang disampaikan unik. Wa Kepoh bahkan bisa menirukan banyak suara tokoh dan membuat suasana cerita jadi hidup meski hanya mengandalkan audio.
-
Kapan Masjid Walima Emas diresmikan? Mengutip Liputan6.com, Masjid Walima Emas dibangun sejak tahun 2008 dan diresmikan tahun 2012.
-
Mengapa Wulan Guritno menggugat mantan kekasihnya, Sabda Ahessa? Gugatan perdata ini terkait dengan dana talangan renovasi rumah, mencapai ratusan juta rupiah. Wulan meminta pengembalian dana talangan dan mengajukan biaya ganti rugi serta denda.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Waduk Kembangan buka? Jam operasional Waduk Kembangan adalah setiap hari, mulai pukul 07.00 hingga 19.30 WIB.
"Jumlah mereka sekitar 30-an orang dan kami sama sekali tidak mengenal mereka," penuturan Erizal mengenang peristiwa mencekam hari itu. Demikian dikutip dari Antara, Selasa (1/10).
Merasa nyawa keluarganya terancam, Erizal, istri dan anaknya coba menyelamatkan diri. Namun mereka terkepung di dalam rumah, tepat di belakang kios. Keberadaan mereka diketahui massa dan didesak agar membuka pintu.
"Salah seorang kemenakan saya yang bernama Yoga mencoba menahan pintu, namun mereka berhasil mendobraknya, sehingga kami dilempari, ditembaki dengan panah dan kami semua sudah pasrah mati," kenangnya.
Benar saja, katanya, puluhan orang itu menikam istri, si bungsu serta kemenakannya. Ketiganya akhirnya meninggal dunia.
Sementara Erizal bisa menyelamatkan diri setelah berpura-pura mati di dalam rumah. Namun beberapa bagian tubuhnya mengalami luka bakar.
"Karena setelah kami ditikam, rumah itu dibakar namun saya cepat bangkit dan menyelamatkan diri tapi tetap saja kepala dan tangan saya terbakar," kata dia.
"Alhamdulillah saya berhasil selamat dari peristiwa waktu itu, namun sayang anak dan istri saya meninggal dunia karena terbakar," sambungnya.
Baca juga:
Tersangka Kerusuhan Wamena Bertambah Jadi 7 Orang
Ketua DPRD Desak Gubernur Banten Bantu Pemulangan Warga dari Papua
Tak Punya Ongkos, Belasan Warga Banten Korban Kerusuhan Wamena Minta Dipulangkan
Benny Wenda Bantah Diusir dari Sidang PBB
Jamin Keamanan, Kapolda Papua Minta Para Pengungsi Kembali ke Wamena
Cerita Penyanderaan 300 Orang saat Kerusuhan di Wamena
Begini Kondisi Pengungsian Warga yang Keluar dari Wamena di Sentani
Berhubungan Baik dengan Warga Wamena Selama Merantau
Setelah itu, dia coba mencari pertolongan kepada teman-teman yang ada di Kodim. Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa dikarenakan mobil tidak bisa masuk ke sana.
"Dua jam setelah itu barulah bantuan datang, saya langsung dibawa ke rumah sakit diobati pihak medis karena mengalami luka bakar di beberapa badan saya," ujarnya.
Erizal (42) merupakan perantau dari Sungai Rampan, Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Dia memiliki dua orang anak. Si sulung bernama James Lugian Rizal (13) bersekolah di SMP Serambi Mekah, Padang Panjang. Sementara anak keduanya meninggal dunia bersama istri tercinta.
Dia menuturkan, sudah enam tahun merantau ke Wamena menjadi pedagang. Penghasilannya digunakan untuk menafkahi keluarga dan menyekolahkan anak.
Selama perantauan itu pula, Erizal mengaku memiliki hubungan baik dengan warga Papua di Wamena.
"Selama enam tahun lebih di sana, hubungan saya dengan penduduk asli Papua baik-baik saja, kami tidak pernah ada konflik apapun," sambung dia.
Bahkan saat kericuhan terjadi, katanya, penduduk Wamena ikut membantu menyelamatkan mereka dari kericuhan.
Ia berharap konflik tersebut bisa segera terselesaikan, sehingga tidak banyak lagi korban jiwa yang berjatuhan dan para perantau Minang di sana bisa segera dipulangkan dari Wamena.