Saat mantan Panglima TNI bercerita kehidupan menjadi petani
Saat mantan Panglima TNI bercerita kehidupan menjadi petani. Moeldoko mengatakan ia tak sekadar bertani dan mencari nafkah. Tetapi ia juga ingin mengubah metode bertani sehingga hasilnya menjanjikan dan memberikan kepastian.
Pascapensiun, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko memutuskan menjadi petani. Ia pun menceritakan pengalamannya bertani kepada para peserta sarasehan Indonesia Rumah Kita menyambut Sumpah Pemuda dengan topik 'Semangat Sumpah Pemuda Tumbuhkan Cinta NKRI".
Moeldoko mengatakan ia tak sekadar bertani dan mencari nafkah. Tetapi ia juga ingin mengubah metode bertani sehingga hasilnya menjanjikan dan memberikan kepastian.
"Setelah pensiun saya merintis bagaimana memberi kemandirian dan saya punya jenis padi M400 dan 70D," kata Moeldoko di Gedung Djuang 45 Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (21/10).
Varietas padi yang dikembangkannya itu memiliki beberapa keunggulan. Untuk varietas 70D, bisa dipanen dalam waktu 70 hari sementara umumnya masa tanam padi membutuhkan waktu tiga bulan atau 90 hari.
Dalam mengembangkan lahan pertanian, Moeldoko mengatakan juga memiliki pupuk organik sendiri. Termasuk juga memanfaatkan teknologi yang dirancang para pemuda. Para pemuda ini juga dilatih untuk kemudian diturunkan ke lapangan mendampingi para petani.
"Saya juga miliki pasukan antihama. Jangan main-main dengan hama. Saya punya pasukan antiteror menghadapi hama karena hama adalah teror bagi petani," kata dia.
Dalam waktu dekat ia akan kembali menanam padi di atas lahan seluas 5 ribu hektare. Dari pengalamannya bertani, ia mengidentifikasi beberapa persoalan yang kerap dihadapi para petani di Indonesia yaitu kerusakan tanah, minimnya pemanfaatan teknologi, persoalan manajemen dan pascapanen.
"Semua persoalan itu saya catat," tandasnya.