SBY kerahkan bantuan ke korban Topan Haiyan di Filipina
Di Filipina, kebutuhan yang paling mendesak adalah air minum, generator, obat-obatan khususnya antiobiotik, dan makanan.
Setelah menerima informasi mengenai dampak siklon tropis Haiyan yang menghantam wilayah Filipina, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) segera memerintahkan jajarannya agar mengirim bantuan. Di Filipina, kebutuhan yang paling mendesak adalah air minum, generator, obat-obatan khususnya antiobiotik, dan makanan siap saji.
"Presiden memerintahkan Kepala BNPB, Syamsul Maarif, pada Sabtu (9/11) pukul 23.00 WIB agar mempersiapkan bantuan kemanusiaan korban siklon di Filipina," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam rilisnya, Minggu (10/11).
Sutopo menambahkan selanjutnya Syamsul langsung menghubungi Duta Besar RI di Filipina. Kemudian berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri RI dan AHA Center.
"Lalu melakukan koordinasi dengan TNI untuk penggunaan pesawat Hercules C-130. dan berkoordinasi dengan Basarnas, Kementerian Kesehatan, Polri," katanya.
Sebelumnya BNPB pernah memberikan bantuan korban bencana ke Filipina tiga kali yaitu USD 400 ribu untuk korban banjir dan longsor pada Oktober 2011. Kedua, USD 500 ribu saat terlanda Siklon Washi pada Desember 2011.
"Ketiga USD 1 juta dan 2.000 ton beras, obat-obat, tenda dan selimut pada saat terjadi Siklon Bopha/Pablo pada Januari 2013," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Palang Merah Filipina mengatakan korban tewas akibat terjangan angin Topan Haiyan mencapai lebih dari 1.200 orang. Angka itu lebih dari sepuluh kali lipat jumlah korban yang dilaporkan pihak berwenang lokal.
Surat kabar Russia Today melaporkan, Sabtu (9/11), korban tewas itu mayoritas terjadi di Kota Tacluban di Pulau Leyte. Di Pulau Samar, tak jauh dari Leyte, korban tewas dipastikan lebih dari 200 orang. Topan dahsyat itu menerjang wilayah Tacluban kemarin pagi.
Angin Topan Haiyan merupakan topan terganas pernah tercatat di muka bumi. Angin dengan kategori bahaya tingkat lima ini memiliki kecepatan laju sekitar 315 kilometer per jam.
Hampir semua bangunan gedung, rumah dan fasilitas publik lainnya di kota berpenduduk 220 ribu jiwa itu hancur porak-poranda. Korban tewas juga banyak ditemukan bergelimpangan di jalanan.