Sebelum bikin kampung Inggris, Mr Kalend belajar di Ponpes Gontor
"Saya kaget, mereka sarjana tetapi tidak pandai bahasa Inggris. Saya langsung berpikir ini peluang," ujar Mr Kalend.
Keberhasilan Mr Kalend Osen mendirikan tempat kursus Bahasa Inggris di Dusun Singgahan Desa Pelem Kecamatan Pare tidak lepas dari sang motivator dalam hidupnya saat dia masih berada di kampungnya Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 1965.
"Saat itu di kampung saya kedatangan mubaligh yang sangat terkenal namanya Ustaz Ja'far Shidiq. Dia lulusan Pesantren Modern Gontor Ponorogo. Dia sangat pandai dan saya sangat mengaguminya," terang Mr Kalend Osen, Rabu (11/3).
Satu hal yang selalu diingat Mr Kalend dari Ustaz Ja'far yakni nukilan ayat Surat Ar-Ra’d ayat 11. "........Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri......"
Ayat itulah yang memotivasi dirinya untuk berubah. Saat itu Kalend sudah berprofesi sebagai guru di tanah kelahirannya, mulai 1966–1967. Profesi itu dijalaninya hanya dengan bekal ijazah pendidikan guru agama (PGA).
Profesi sebagai guru di Kalimantan tidak membuatnya puas untuk menimba ilmu. Hingga pada usia 27 tahun dia memilih melanjutkan pendidikan di Pulau Jawa tepatnya di Pesantren Modern Gontor di Ponorogo. Tahun 1972 Mr Kalend berangkat ke Jawa, naik Kapal Nusa Indah, dari Samarinda ke Surabaya.
"Tekad saya ingin belajar, saya belajar di Gontor itu boleh dikata biaya sendiri, tidak dibiayai orang lain. Kalaupun adik saya membantu itu bukan perintah saya. Alhamdulillah di Gontor banyak yang menyumbang saya. Teman-teman yang kaya itu saya kurang biaya, dibantu. Alhamdulillah banyak uang," ceritanya.
Menurut Kalend, tanpa dibantu saudara dan teman-temannya paling kelas tiga Kalend sudah pulang. Tapi karena banyak dibantu Kalend bisa belajar di Gontor sampai 4 tahun 9 bulan, yakni kelas lima Kuliatul Muallimin Al Islamiyah (setingkat kelas dua SMA)
"Tapi mustinya yang lebih sempurna kelas 6, karena tidak ada biaya lagi saya berhenti, tapi saya tetap bersyukur," katanya.
Keberhasilan Kalend diawali ketika dia kelas satu Kuliatul Muallimin Al Islamiyah. "Selama satu tahun saya belum melihat apa yang bisa saya bawa pulang. Cuman satu hal yang saya pegang teguh. Kiai yang mendirikan pondok ini dapat dipastikan membawa barokah hidup," tuturya.
Dalam hati kecil Kalend, memastikan suatu saat dirinya akan memperoleh barokah dari kiainya. "Saya pastikan dapat
sesuatu tapi memang belum. Saya khusnudzon," ungkapnya.
Kalend tetap berpendirian mustahil sekali belajar di Gontor tidak ada gunannya. "Nah sampai naik kelas dua saya ingin mendapat petunjuk Ilahi. Ingin tahu persis ilmu apa sih yang kira-kira bisa saya bawa pulang. Saya minta pada Allah," tuturnya.
Hingga akhirnya Allah memberi tahu dengan cara Kalend dipertemukan dengan temannya. Teman Kalend itu adalah seorang sarjana yang bergelar Drs dan SH. Mereka adalah Drs Abdul Djalil dari Makassar, Drs Nur Salim dari Kediri, Matlubis SH dari Medan.
"Saya kaget, mereka sarjana tetapi tidak pandai bahasa Inggris. Saya langsung berpikir ini peluang, berarti saya harus rajin benar belajar Bahasa Inggris. Kalau saya ketemu teman-teman sarjana sementara saya bisa Bahasa Inggris, mereka bisa jadi murid saya," katanya menceritakan awal mula idenya menggeluti bahasa Inggris.
Kalend menceritakan tadinya sebelum belajar ke Gontor orang dengan gelar Drs, SH, BA adalah orang keren dan jago Bahasa Inggris.
"Saya terus bertanya tanya kok sarjana tapi tidak bisa Bahasa Inggris. Pasti ini di luar juga banyak yang tidak bisa Bahasa Inggris. Berarti ini ada peluang dalam hidup saya, dan bisa menghidupi saya. Hidup saya di masyarakat itu nanti," ungkapnya.
-
Apa yang dilakukan komunitas ini untuk menanamkan budaya gemar membaca? Menanam budaya gemar membaca Mengutip Liputan6, Kamis (5/10) kegiatan yang dilakukan komunitas ini tak hanya sebatas mengenalkan berbagai bahan bacaan di buku.Namun mereka juga bergerak untuk menanamkan budaya gemar membaca karena hal tersebut terbilang sulit.
-
Kenapa Jalan Suryakencana punya kisah multikultural? Sejak ratusan tahun lalu warga Tionghoa hidup berdampingan dengan kaum pribumi.
-
Bagaimana Syekh Wasil mendekati masyarakat dalam penyebaran Islam di Kediri? Saat pertama kali datang ke Kediri, Syekh Wasil tidak secara langsung menyebarkan Islam ke masyarakat. Ia menggunakan pendekatan tertentu, yakni memulai dakwahnya dengan mendekati para raja yang saat itu berada dalam masa pemerintahan Prabu Sri Aji Jayabaya.
-
Bagaimana Bahasa Indonesia membantu masyarakat Indonesia berbagi cerita dan tradisi dari berbagai daerah? Dengan menggunakan Bahasa Indonesia, masyarakat Indonesia dapat berbagi cerita, tradisi, dan kekayaan budaya dari berbagai daerah dengan cara yang lebih mudah dan efektif.
-
Kapan komunitas Wara-wiri Mengajar dibentuk? Sebelumnya Wara-wiri Mengajar berangkat dari sebuah taman baca masyarakat yang dibentuk sejak 2017 lalu.
-
Dimana kamu bisa melihat pemandangan indah di Kediri? Gunung Kelud merupakan destinasi wisata di Kediri nomor dua yang wajib untuk Anda kunjungi. Pemandangan indah dari gunung ini tersaji sejauh mata memandang.
Baca juga:
Mengenal Mr Kalend Osen perintis kampung Inggris di Pare Kediri
Tak ada biaya, Mr Kalend tinggalkan Gontor dan merantau ke Kediri
Sebelum buka kampung Inggris, Mr Kalend bikin kursus pidato santri