Separuh alat pemadam kebakaran di Kota Depok rusak
Separuh alat pemadam kebakaran di Kota Depok rusak. Pihaknya mengaku kesulitan untuk menjangkau sumber air dari lokasi kebakaran yang jauh dari sumber air. Namun pihaknya tetap berupaya melakukan pemadaman secepat mungkin untuk menghindari api tidak menjalar ke tempat lain.
Sekretaris Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok, Agung Sugih Arti mengatakan, hampir separuh hydrant (alat pemadam kebakaran) di Depok tak berfungsi optimal. Dari sekitar 50 unit yang ada, hanya 25 unit yang berfungsi optimal. Hal ini menjadi kendala pihaknya ketika melakukan pemadaman.
"Padahal kita harus melakukan pemadaman secara cepat. Tapi kita terkendala soal hydrant," katanya, Sabtu (25/3).
Pihaknya mengaku kesulitan untuk menjangkau sumber air dari lokasi kebakaran yang jauh dari sumber air. Namun pihaknya tetap berupaya melakukan pemadaman secepat mungkin untuk menghindari api tidak menjalar ke tempat lain.
"Hydrant sangat penting untuk mensuplai kebutuhan air untuk memadamkan api," tutur dia.
Dia menuturkan, wewenang penyediaan hydrant ada di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Diharapkan PDAM bisa melakukan inventarisir kembali terhadap hydrant yang ada sehingga berfungsi optimal dengan debit air yang besar. Dengan adanya hydrant yang berdebit air besar, dapat memudahkan petugas pemadaman untuk menjangkau sumber air dan juga lokasi kebakaran.
"Dengan begitu respons time akan lebih cepat. Saya harap PDAM juga memikirkan hal ini," katanya.
Data yang ada sepanjang 2017 saja, terdapat sejumlah peristiwa kebakaran. Antara lain awal Januari ada tiga di Jalan Mangga Beji dan Kelapa Dua. Pada Februari terjadi di Pabrik Lucky. Kemudian pada Maret terjadi tiga kasus. Yaitu di Palakali Beji, showroom mobil dan Soto Kudus.
"Pemicunya adalah korsleting dan kebocoran gas," tambah Kepala Dinas Kebakaran Kota Depok Yayan Ariyanto.