Serikat Guru Indonesia Ragukan 5 Aplikasi Sistem Belajar Pilihan Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah memilih sejumlah aplikasi yang digunakan untuk sistem belajar mengajar dengan menggunakan internet gratis atau kuota internet belajar.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah memilih sejumlah aplikasi yang digunakan untuk sistem belajar mengajar dengan menggunakan internet gratis atau kuota internet belajar. Ternyata, ada lima aplikasi yang dianggap meragukan oleh Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI).
Wakil Sekretaris Jenderal FSGI, Fahriza Marta Tanjung mengatakan, lima aplikasi yang diragukan itu yakni Aminin, AyoBelajar, Birru, Eduka dan Ganeca Digital. Hal itu diragukan setelah pihaknya melakukan penelusuran terhadap 19 aplikasi.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Bagaimana peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Peningkatan kasus Covis-19 di DKI Jakarta aman dan sangat terkendali. Tidak ada kenaikan bermakna angka perawatan rumah sakit juga.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
Saat itu, hanya lima aplikasi tersebut yang dianggap meragukan. Karena, jumlah unduhan dalam aplikasi tersebut masih sedikit dan sudah tidak adanya pembaruan.
"Ada beberapa aplikasi yang patut diragukan kapasitasnya," kata Fahriza dalam diskusi daring, Minggu (27/9).
Ia menjelaskan, untuk aplikasi Aminin ini digunakan untuk belajar agama Islam atau aplikasi muslim. Namun, saat ia mengecek melalui Google Playstore pertanggal 26 September 2020, aplikasi itu baru diunduh sebanyak 1.000 kali.
"Kemudian AyoBelajar, aplikasi pembelajaran ini hanya di-donwload 5.000 kali, kemudian Birru ini juga tidak jelas ya, baru 100 kali di-download per 26 September 2020," ujarnya.
"Artinya, ketika penentuan aplikasi ini menjadi aplikasi yang berada pada kuota belajar, kami melihat aplikasi ini baru dibangun. Jadi patut dipertanyakan, kenapa aplikasi yang baru dibangun itu bisa masuk pada aplikasi kuota belajar ini," sambungnya.
Selanjutnya, aplikasi Eduka yang menurutnya baru saja di-download sebanyak 1.000 kali sama dengan aplikasi Ganeca Digital.
"Yang jadi pertanyaan, ternyata aplikasi ujian ini terakhir di-update pada tanggal 19 Oktober 2019. Hampir setahun lalu. Kemudian Ganeca Digital juga begitu, ini hanya di-donwload 1.000 kali. Artinya dari 19 aplikasi yang ada itu, kami melihat ada beberapa aplikasi yang kapasitasnya dan kredibilitasnya patut diragukan. Ini kan berpotensi dia-dia begitu kan, ketika aplikasi ini dimasukkan pada aplikasi pada kuota belajar," ungkapnya.
Lalu, untuk belasan aplikasi lainnya itu dianggapnya telah sesuai atau wajar untuk digunakan murid dalam sistem belajar mengajar dengan jarak jauh. Hal ini dikarenakan jumlah download yang banyak dilakukan oleh publik.
"Ini aplikasi berikutnya memang sudah banyak digunakan misalnya Kipin School 4.0 itu sudah sampai 100 ribu download, kemudian Quipper sudah sampai 1 juta. Kemudian Zenius dan lainnya itu sudah banyak digunakan. Maka sangat wajar mereka digunakan sebagai aplikasi pada kuota belajar itu," jelasnya.
Meski begitu, ia mempertanyakan dengan adanya sejumlah aplikasi lainnya yang justru malah tidak dimasukkan dalam aplikasi kuota belajar. Ia menyebut, aplikasi itu seperti Kelas Pintar yang sudah didownload sebanyak 1 juta kali.
"Kelas Pintar sebenarnya masuk dalam aplikasi pembelajaran Kemendikbud, mereka termasuk bekerjasama. Tapi pada kuota belajar ini mereka tidak masuk dalam salah satu aplikasi yang difasilitasi, kemudian Brainly juga ini sedang 10 juta download juga. Nah kenapa aplikasi-aplikasi seperti ini tidak dimasukkan dalam kuota belajar tersebut," tutupnya.
Berikut 19 aplikasi pada kouta belajar yang dicatat oleh FSGI:
1. Aminin sebanyak 1.000 kali download
2. AyoBelajar sebanyak 5.000 kali download
3. Bahaso sebanyak 100.000 kali download
4. Biruu sebanyak 100 kali download
5. Cakap sebanyak 100.000 kali download
6. Duolingo sebanyak 100.000.000 kali download
7. Edmodo sebanyak 10.000.000 kali download
8. Eduka sebanyak 1.000 kali download
9. Ganeca Digital sebanyak 1.000 kali download
10. Google Clasroom sebanyak 100.000.000 kali download
11. Kipin School 4.0 sebanyak 100.000 kali download
12. Microsoft Education sebanyak 100.000.000 kali download
13. Quipper sebanyak 1.000.000 kali download
14. Ruang Guru sebanyak 10.000.000 kali download
15. Rumah Belajar sebanyak 1.000.000 kali download
16. Sekolah Mu sebanyak 500.000 kali download
17. Udemy sebanyak 10.000.000 kali download
18. Zenius sebanyak 1.000.000 kali download
19. Whatsapp sebanyak 5.000.000.000 kali download