Serunya tradisi culik perempuan & perang pandan di desa tertua Bali
Maling-malingan ini dilakukan oleh sejumlah pemuda yang disahkan sebagai pemuda dewasa. Malam itu juga diperbolehkan mencari pasangan, yang nantinya diperuntukkan untuk mendampingi saat dimulai hari Perang Pandan. Tidak jarang dari pasangan ini berlanjut sampai pelaminan.
Warga dan turis asing membeludak, mendatangi desa tertua di Bali yang terletak di Kabupaten Karangasem. Di Desa Tenganan ini warga tumpah ruah merayakan kegembiraan dengan menggelar tradisi Perang Pandang.
Tak jarang sejumlah turis yang menyaksikan dari bibir arena terpaksa ditarik ke dalam gelanggang, untuk merasakan bagamana perih dan nyerinya terkena goresan duri-duri pandan yang digunakan dalam aksi duel.
Acara tradisi Perang Pandan ini digelar sore sampai menjelang malam, Senin (12/6). Desa Tenganan sendiri terletak dekat dengan perbatasan wilayah Kabupaten Klungkung pada bagian barat Kabupaten Karangasem.
I Ketut Sudiastika, selaku tertua di desa ini dan salah satu Klian Adat di Tenganan Pegringsingan menjelaskan bahwa tradisi Perang Pandan digelar setiap tahun.
Acara ini merupakan puncak dari upacara besar di Desa Tenganan yang digelar sejak sebulan lalu. "Jadi ini rangkaian puncak dari upacara kami yang kita gelar sejak sebulan lalu," kata Sudiastika, Senin (12/6).
Sebelum digelarnya Perang Pandang, di desa adat Tenganan Pegringsingan, terlebih dahulu menggelar acara penyepian desa atau Nyepi. Hari Nyepi itu sudah dilakukan kemarin, Minggu (11/6).
Pelaksanaan Nyepi tidak jauh beda dengan pelaksanaan Nyepi pada umumnya di Bali. Di mana warga dilarang bepergian atau keluar desa maupun keluar rumah. Termasuk juga tidak melakukan kegiatan dan tanpa penerangan pada malam hari.
Pelaksanaan upacara yang digelar selama sebulan penuh ini, disebut Usabha Sembah yang merupakan satu-satunya upacara besar yang dimiliki Desa Tenganan Pegringsingan.
Upacara ini digelar berdasarkan perhitungan kalender yang dimiliki desa adat. Di mana 1 tahun dari kalender desa adat Tenganan ada 13 bulan.
"Tradisi Usaba Sembah ini merupakan tradisi yang wajib kita laksanakan setiap setahun sekali berdasarkan perhitungan kalender kami. Upacara ini merupakan tradisi ritual memuja Dewa Indra sebagai dewa perang, karenanya di puncak acara itulah kita gelar perang pandan ini," tuturnya.
Ada banyak keunikan dari tradisi Usaba Sembah ini. Salah satunya sebelum tradisi perang digelar, beberapa hari sebelumnya ada upacara maling-malingan.
Maling-malingan ini dilakukan oleh sejumlah pemuda yang disahkan sebagai pemuda dewasa. Malam itu juga diperbolehkan mencari pasangan, yang nantinya diperuntukkan untuk mendampingi saat dimulai hari Perang Pandan. Tidak jarang dari pasangan ini berlanjut sampai pelaminan.
Tidak hanya itu, usai acara maling-malingan atau Mulan Saat. Dilanjutkan dengan Tradisi Mayunan. Untuk diketahui di desa tua ini ada ayunan tua dan tinggi. Pada tradisi Mayunan ini, hanya wanita yang masih perawan saja yang boleh menaiki ayunan tersebut.
"Setelah upacara Perang Pandan ini, nantinya akan ada rangkaian tradisi megibung (makan bersama). Ini merupakan penyatuan rasa yang terjadi di arena sehingga nantinya tidak ada lagi dendam atau sakit hati setelah rangkaian upacara besar ini berakhir," tutup Sudiastika.