Setara Institute: 0,3 % Siswa dari 171 SMA Negeri terpapar ideologi teror
"Meskipun toleransi di antara mereka cukup tinggi 61,5 persen toleransi, tapi kita berikan fokus pada 2,4 persen dan 0,3 persen. Karena 0 persen itu terlalu banyak. Dalam konteks terorisme satu orang itu sudah terlalu banyak," ucap Halili.
Direktur Riset Setara Institute Halili menilai, isu intoleransi seharusnya menjadi fokus untuk penanganan terorisme sejak di tingkat hulu. Sebab, kata dia, sikap intoleransi merupakan awal seseorang bisa berubah menjadi pelaku tindak pidana terorisme.
Halili menyebut, dalam riset yang dilakukan Setara Institute, sikap tersebut menjadi bibir-bibit munculnya paham radikalisme.
-
Dimana serangan teroris terjadi? Serangan tersebut terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Kapan terjadi kemacetan yang paling parah di Jakarta? Kondisi kemacetan lalu lintas kendaraan pada jam pulang kerja di Jalan Gatot Subroto, Jakarta
-
Kapan trem di Jakarta dihentikan? Operasional trem kemudian dihentikan pada 1959.
"Tangga pertama menuju teroris adalah intoleransi. Inkubasi bibit terorisme, begitu banyak riset Setara yang menunjukan bahwa kita harus berikan perhatian serius pada dunia pendidikan yang memberikan ruang bagi intoleransi," ujar Halili dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (19/5/2018).
Dia menjelaskan, dalam riset yang dilakukan Setara Institute di 171 Sekolah Menegah Atas Negeri hasilnya mengkhawatirkan.
Halili mengatakan, sebanyak 0,3 persen siswa terpapar ideologi teror, sementara 2,4 persen diketahui mengalami intoleransi aktif.
"Meskipun toleransi di antara mereka cukup tinggi 61,5 persen toleransi, tapi kita berikan fokus pada 2,4 persen dan 0,3 persen. Karena 0 persen itu terlalu banyak. Dalam konteks terorisme satu orang itu sudah terlalu banyak," ucapnya.
Karena itu, lanjut Halili, dalam pencegahan terorisme, perhatian serius perlu diberikan pemerintah mengenai pendidikan di sekolah.
"Pemberantasan paham radikalisme perlu sejak dini diberantas, tak cuma terfokus pada pelaku teror semata. Jadi diawali juga oleh guru-guru mereka, agar pengajaran kepada siswa-siswa juga tidak mengajarkan bibit-bibit intoleransi," tegas Halili.
Reporter: Devira Prastiwi
Sumber: Liputan.com