Sidak pasar di Wonosari, petugas temukan makanan mengandung borak
Dari 11 jenis makanan yang dijadikan sampel, ada enam makanan mengandung Rhodamin B dan borak. Adapun makanan yang mengandung bahan berbahaya adalah lanting merah, rengginang, kerupuk singkong merah dan merah putih, serta bleng dua jenis mengandung borak.
Petugas Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) DI Yogyakarta menemukan sejumlah makanan dengan campuran bahan berbahaya, yang dijual pedagang Pasar Tradisional Argosari, Wonosari, Gunungkidul, Senin (12/6). Berdasarkan hasil pemeriksaan petugas BPOM, diketahui makanan itu mengandung Rhodamin B dan borak.
Staf Seksi Pemeriksaan BPOM Sri Yuniati mengatakan, makanan yang dijualbelikan di Pasar Argosari diambil sampelnya untuk mengetahui ada tidaknya kandungan zat berbahaya. Dari sampel yang diambil, akhirnya ditemukan sejumlah makanan mengandung zat berbahaya.
"Sejumlah makanan seperti cendol, lanting, bakso, rengginang, Moho, bleng cap Semar, kerupuk merah singkong, kerupuk singkong merah putih, selondok super, dan mi basah kami ambil sampelnya dari beberapa pedagang. Kemudian kita lakukan sejumlah tes. Hasilnya ternyata mengandung zat berbahaya," ucap Sri.
Sri menerangkan bahwa dari 11 jenis makanan yang dijadikan sampel, ada enam makanan mengandung Rhodamin B dan borak. Adapun makanan yang mengandung bahan berbahaya adalah lanting merah, rengginang, kerupuk singkong merah dan merah putih, serta bleng dua jenis mengandung borak.
"Berdasarkan pada aturan dari WHO dan Peraturan Menteri Kesehatan tahun 1985, dua bahan itu sudah dilarang. Rhodamin B sudah dilarang karena kandungan logam berat dan sifat kimiawinya. Borak pun juga dilarang untuk pembuatan makanan," terang Sri.
Pasca-ditemukan adanya makanan menggunakan bahan berbahaya, pihaknya akan berkoordinasi dengan lurah pasar. Koordinasi ini dilakukan untuk memantau para penjual agar tidak lagi menjual makanan yang mengandung bahan berbahaya.
"Kami akan berikan surat pernyataan untuk tidak menjual kembali bahan makanan tersebut. Karena lokasi kami jauh (tak bisa melakukan pemantauan setiap hari), maka kami bekerja sama dengan lurah pasar agar memantau," pungkas Sri.