Sinetron tak berkualitas marak karena masyarakat suka
Menurut Sosiolog Musni Umar, tayangan sinetron yang tidak berkualitas, tidak terlepas dari kesenangan masyarakat.
Seiring perkembangan zaman, banyak sinetron Indonesia yang menonjolkan sisi kehidupan yang hedonis dan adanya unsur kekerasan. Padahal, bila menilik beberapa tahun lalu, banyak sinetron Indonesia yang menyuguhkan tayangan yang mendidik.
Menurut Sosiolog Musni Umar, tayangan sinetron yang tidak berkualitas, tidak terlepas dari kesenangan masyarakat. Berbagai acara televisi disiarkan atas apa yang disukai masyarakat.
"Tayangan sinetron yang tak berkualitas, tak terlepas dari kesenangan masyarakat. Berbagai stasiun TV menyiarkan apa yang disuka masyarakat, ada yang lucu, percintaan, saling ejek, yang sebenarnya nggak bersifat edukasi, karena mereka kejar rating yang dilihat dari jumlah penonon, makin disukai makin tinggi ratingnya padahal gak kualitas," ucap Musni kepada merdeka.com melalui sambungan telepon, Kamis (13/5).
Musni mengatakan, banyaknya tayangan yang tidak bermutu lantaran masyarakat Indonesia sebagian besar pendidikannya masih rendah. Sebanyak 76% tamatan SD atau putus sekolah menyukai tayangan yang tidak berkualitas.
"Ini tantangan yang harus dihadapi, kalau masyarakat semakin butuh tayangan yang bermutu, edukasi, pengetahuan, pasti akan diproduksi. Hal ini terjadi karena tingkat pendidikan 76 persen hanya tamatan SD dan tidak sekolah jadi kalau mereka yang suka tayangan murahan itu, seperti mistik, jadi ada kaitan dengan pendidikan masyarakat," lanjutnya.
Ditambahkan Musni, apabila tayangan yang tidak bermutu tersebut tidak direspons masyarakat, maka rumah produksi otomatis tidak akan memproduksi tayangan-tayangan yang tidak bermutu lagi.
"Kalau produksi tayangan tidak bermutu itu gak direspons, gak ditonton, ada simbiosis dimana konsumen adalah raja, maka mau tidak mau akan memproduksi yang disukai masyarakat. Seharusnya masyarakat jangan pernah nonton acara yang tak berkualitas, dan ini butuh waktu panjang dan lama, karena ini termasuk mengubah mental dan paling efektif itu adalah pendidikan," tutupnya.