SMA 6 dan 70 anggap tawuran sebagai budaya
Budaya tawuran kerap dilakukan untuk mempertahankan wilayah kekuasaan mereka agar tak kuasai sekolah lain.
Sebanyak 22 orang siswa dari SMA 6 dan SMA 70 diperiksa sebagai saksi terkait tawuran pelajar di Bulungan, Jakarta Selatan. Dari pengakuan mereka kepada penyidik, tawuran memang jadi budaya di sekolah mereka.
"Dalam keterangan mereka, yang menjadi pemicu penyebab tawuran, adalah menganggap suatu budaya, tawuran merupakan kebudayaan mereka," kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan, AKBP Hermawan, di kantornya, Jakarta, Senin (1/10).
Budaya itu kerap dilakukan untuk mempertahankan wilayah kekuasaan mereka agar tak kuasai sekolah lain. Jadi, jika ada siswa SMA 6 masuk ke area Jalan Bulungan berarti sebuah tanda penyerangan bagi SMA 70. Sebaliknya, jika anak SMA 70 memasuki Jalan Mahakam juga dianggap sebagai penyerangan.
"Selain budaya, mereka juga penguasaan wilayah, jelas hal itu salah," paparnya.
Terkait tes narkoba yang dilakukan pada para tersangka tawuran, untuk FR sendiri hasilnya dinyatakan negatif. Sedangkan AD, tersangka utama dalam kasus tawuran SMA Yayasan Karya 66 dengan SMK Kartika Zeni hasilnya positif menggunakan narkotika jenis ganja, yang digunakan sebelum tawuran.
"Hasil pemeriksaan narkoba dari tersangka FR narkotikanya nihil, tidak terkait dengan narkoba," jelas Hermawan.