Stafsus: Presiden SBY buat akun twitter agar bebas berdialog
Menurut Daniel, Presiden Yudhoyono sudah bertekad untuk menjadi bagian dari 'netcitizen' guna memperdalam demokrasi.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya memutuskan untuk membuat akun twitter.
Keputusan SBY untuk memiliki akun twitter merupakan wujud dari keinginannya menjadi warga biasa yang terlibat dalam dialog secara bebas dan setara dengan warga lainnya.
"Ini juga bagian dari pengejawantahan dirinya sebagai seorang demokrat yang terlibat dalam memperkuat 'citizenship' atau kewarganegaraan," kata Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa, Jumat (12/4).
Dalam waktu dekat Presiden Yudhoyono meluncurkan akun twitternya untuk lebih dekat dan berinteraksi secara lebih intensif dengan publik. Menurut Daniel, Presiden Yudhoyono sudah bertekad untuk menjadi bagian dari 'netcitizen' guna memperdalam demokrasi dan memberi makna yang lebih sejati untuk membangun kepercayaan dan kerja sama di antara warga Indonesia, bahkan warga dunia.
"Niat ini juga sejalan dengan kehendaknya untuk memperluas jangkauan komunikasi publiknya dalam sisa masa pemerintahannya," katanya.
Pendekatan itu, kata Daniel, juga agar Presiden Yudhoyono dapat meningkatkan efektivitas kepemimpinan politiknya dalam menavigasi pemerintahannya.
"Saya percaya, keputusan para pemimpin dunia untuk masuk ke dunia itu didasari oleh keyakinan akan makin pentingnya media sosial sebagai ruang publik yang juga memiliki sifat strategis dalam pembentukan opini politik," katanya.
Ia mengatakan bahwa Presiden Yudhoyono bukan pemimpin pertama yang memiliki akun twitter. Mengingat kehidupan sosial dan politik sudah sangat berubah karena teknologi informasi, katanya, para pemimpin harus menyesuaikan diri agar mereka tetap dapat membuat koneksi dengan kenyataan sehari-hari.
"Menerima kritik tajam dari 'followers' adalah bagian dari upaya memelihara koneksi itu. Presiden menerima semua konsekuensi itu, termasuk yang terburuk dari semuanya, yaitu ia harus melayani ocehan dan celotehan, dari yang lucu tetapi kurang relevan hingga sinisme yang ekstrem," katanya.