Status Awas Gunung Agung, 40.000 warga mengungsi
Kemudian di hari yang sama terjadi erupsi freatomagmatik yang berlanjut letusan magmatic pada pukul 21.00 Wita. Kepala Humas Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan magma tersebut terus keluar dan mengisi kawah.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meningkatkan status Gunung Agung, Bali dari siaga menjadi awas. Awal mula status tersebut disebabkan erupsi yang terjadi pada hari Minggu (25/11) pukul 17.30 Wita dengan ketinggian 1.500 meter.
Kemudian di hari yang sama terjadi erupsi freatomagmatik yang berlanjut letusan magmatic pada pukul 21.00 Wita. Kepala Humas Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan magma tersebut terus keluar dan mengisi kawah.
-
Kapan Gunung Semeru erupsi? "Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Senin, 6 Mei 2024 pukul 05.43 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 700 meter di atas puncak atau sekitar 4.376 mdpl," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Mukdas Sofian, Senin (6/5).
-
Di mana letak Gunung Semeru yang mengalami erupsi? Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur mengalami erupsi dengan tinggi letusan teramati 600 meter di atas puncak atau 4.276 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada Rabu.
-
Kapan Gunung Tangkuban Perahu dikabarkan erupsi? Beredar sebuah video di media sosial Facebook yang mengandung narasi bahwa Gunung Tangkuban Perahu yang berada di Bandung, Jawa Barat, mengalami erupsi pada tanggal 11 Juni 2024 lalu.
-
Bagaimana bukti bahwa Gunung Tangkuban Perahu mengalami erupsi? PenelusuranCek Fakta merdeka.com melakukan penelusuran melalui Google Image dan menemukan bahwa video yang beredar merupakan video yang diunggah oleh akun Youtube Imam Budiman pada tanggal 27 Juli 2019.
-
Kenapa Gunung Agung di Bali dikeramatkan? Gunung Agung merupakan gunung yang dikeramatkan warga Bali, karena ada banyak pantangan yang harus dipatuhi ketika akan mendaki.
-
Bagaimana proses terbentuknya petir saat erupsi gunung berapi? “Explosive dengan kecepatan tinggi, maka yang tadinya senyawa a dan b akan putus menjadi a plus dan b minus, atau dalam konteks yang lebih kecil skala atom. Adanya tekanan yang tinggi itu, elektron-elektron tersebut dipaksa keluar, sehingga menjadi elektron bebas," ungkapnya. Mirzam menambahkan, elektron bebas menjadi cikal bakal utama terbentuknya petir. Partikel-partikel yang terlontar dengan kecepatan tinggi bergesekan satu sama lain yang akhirnya menghasilnya muatan listrik.
"Pada pukul 21 Wita terlihat sinar yang memancar dari dalam kawah dan kemungkinan sinar itu berasal dari lava yang berada di dalam kawah," kata Sutopo di ruang Pusdalops Graha BNPB, Jakarta Timur, Senin (27/11).
Dia melanjutkan, letusan berikutnya terjadi kuning kemerahan. Dalam bahasa Vulkanologi dikenal Glow. Glow merupakan ciri khas erupsi Gunung Agung seperti pada tahun 1963. Kemudian, Kepulan abu yang terus menerus disertai erupsi eksplosif dan juga suara dentuman lemah yang terdengar sampai jarak 12 km dari puncak gunung. Sejak Minggu (25/11) malam hingga saat ini menandakan potensi letusan akan lebih besar.
"Erupsi menerus hingga sekarang disertai dengan terus menerus, artinya magma terus keluar ke dalam kawah, dan kemungkinan terjadi erupsi yang lebih besar dari sekarang," lanjutnya.
Dengan hal tersebut, pada Senin (27/11) pukul 06.00 Wita pagi tadi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) status Gunung Agung menjadi Level 4 yakni Awas dengan radius 8 km di seluruhnya dan penambahan sektoral menjadi 10 km akibat dentuman, tremor dan erupsi Gunung Agung yang terus menerus pada radius tersebut.
"PVMBG berkoordinasi dengan BNPB, akhirnya Kepala BNPB menetapkan Status Awas level 4 artinya level tertinggi dari Gunung Agung," ujarnya.
Sementara, Sutopo menjelaskan, terdapat 22 Desa yang berada di radius 8 dan 10 km yang kemungkinan besar terdampak letusan gunung api yakni Desa Ababi, Pidpid, Nawa Lerti, Datah, Babandem, Jungutan, Buana Giri, Tulamben, Dukuh, Kubu, Baturinggit, BAN, Sukadana, Menanga, Besakih, Pempatan, Selat, Peringaari, Muncan, Dudu Utara, Amertha Buana, dan Sebudi.
Seluruh desa tersebut dibagi menjadi dua yaitu 8 km dan 10 km. Desa yang sangat rawan terletak di KRB 3 atau (Kawasan Rawan Bencana) Gunung Agung. KRB tiga berjarak 8 km dari Gunung Agung dan rawan dari bahaya awan panas, aliran lava, guguran batu, lontaran baju pijar, dan hujan abu lebat. Kemudian KRB dua yakni 10 km rawan terkena awan panas, aliran lava, lahar, lontaran material dan batu pijar.
Desa yang berada di KRB III adalah Desa Pidpid, Nawakerti, Datah, Bebandem, Jungutan, Buana Giri, Tulamben, Dukuh, Baturinggit, Ban, Sukadana, Menanga, Besakih, Pempatan, Duda Utara, Amertha Bhuana, Sebudi dan Buda Keling.
Kemudian Desa yang berada di KRB II Sebudi, Jungutan, Duda timur, Sibetan, Macang, Buda Keling, Bebandem, Ban, Tianyar, Sukadana, Baturinggit, kubu, Dukuh, Tulamben,Peringsari, Muncan, Selat, Ababi, dan Menanga.
Jumlah penduduk di seluruh 22 desa tersebut 90.000 sampai 100.000 jiwa. Sementara saat ini, sekitar 40.000 warga telah mengungsi secara mandiri maupun evakuasi.
"Ada sekitar 22 desa yang harus mengungsi, kemungkinan lebih dari 40.000 masyarakat sudah mengungsi ke beberapa tempat," ucapnya.
(mdk/rhm)