Sudah 2 pekan warga 14 desa di Aceh Utara diganggu kawanan gajah
Puluhan gajah ini datang untuk menyasar perkebunan sawit milik warga.
Sebanyak 14 desa di Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara diganggu oleh puluhan gajah liar sejak 2 pekan ini. Hewan berbadan besar ini kerap merusak perkebunan warga, seperti pinang, pisang dan sejumlah tumbuhan kebun lainnya.
Informasi yang berhasil merdeka.com himpun, kawanan gajah ini sejak sepekan sebelum Lebaran sudah berada sekitar 50 meter dari perkebunan warga. Sehingga warga pun dibantu oleh tim Conservation Response Unit (CRU) Cot Girek, Aceh Utara menghalau dengan menggunakan peralatan seadanya.
Ketua Serikat Hijau Indonesia (SHI) Retno Sugito yang ikut memantau langsung mengatakan, gajah liar tersebut juga berada dekat dengan PTPN I Aceh Utara. Bahkan kawanan gajah yang terbagi beberapa kelompok kecil siang malam berada di lokasi tersebut.
"Menurut pengakuan warga, ada sekitar 40 ekor gajah berkeliaran di kawasan itu sejak sepekan sebelum Lebaran," kata Retno Sugito, Senin (11/7).
Sugito mengaku baru saja memperoleh informasi, gajah liar tersebut semakin mendekati perkebunan dan permukiman warga. Hingga sekarang warga masih berusaha menghalau agar tidak masuk ke perkampungan.
"Warga sekarang hanya bisa menghalau agar tidak merusak kebun," tukasnya.
Dia berharap PTPN I, perusahaan yang menanam sawit di kawasan tersebut bisa mengambil peran untuk mencegah terjadi konflik satwa dengan manusia. "PTPN I harus melakukan pencegahan, agar tidak terjadi konflik satwa," pintanya.
Sementara itu Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Genman S Hasibuan membenarkan ada kawanan gajah sejak sepakan sebelum Lebaran mendekati perkebunan warga.
Pihaknya telah melakukan pencegahan dengan cara menghalau gajah tersebut. Sehingga gajah tersebut tidak merusak perkebunan dan permukiman warga.
"Sudah ada CRU di sana yang membantu warga untuk menghalau gajah liar tersebut. Itu sudah terjadi beberapa waktu lalu," kata Genman S saat dihubungi.
Menurutnya, kawasan tersebut merupakan habitat gajah yang telah berubah fungsi. Seperti adanya perkebunan, permukiman warga dan sejumlah perubahan fungsi hutan lain.
Sehingga wajar ada gajah yang turun ke lokasi tersebut. Karena memang itu merupakan habitatnya. Apa lagi, habitat gajah tersebut sudah ada tanaman yang menjadi makanan gajah.
"Itu sebenarnya habitat gajah. Kemudian warga ada yang menanam tanaman yang disukai gajah, seperti sawit, jadi gajah pasti akan datang," imbuhnya.
Oleh itu, agar tidak terjadi konflik satwa dengan manusia, Genman menyarankan agar warga tidak menanam sesuatu yang digemari gajah, seperti cengkeh dan lada.
"Lihat saja dulu waktu masa Iskandar Muda, bisa hidup berdampingan dengan gajah. Dulu tidak ditanam tanaman yang mengundang gajah datang. Kearifan lokal inilah yang harus ditumbuhkan lagi," ujarnya.