Suhardi Alius: Integritas sangat diperlukan untuk membangun bangsa
Buya Syafii melihat sosok Suhardi ini adalah anak bangsa yang memiliki dedikasi tinggi terhadap masalah bangsa. Apalagi saat ini mantan Kabareskrim itu sering mendapatkan undangan dari berbagai negara untuk berbicara masalah penanggulangan terorisme.
"Salah satu kelemahan dari mental bangsa Indonesia sesudah revolusi adalah mental menerabas atau mental menempuh jalan pintas untuk mendapatkan sesuatu dengan tidak mempedulikan aturan berlaku, etika dan prosedur yang telah disepakati."
Kata-kata itu dikutip Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Moermahadi Soerja Djanegara dalam buku 'Integritas di Tengah Kabut Idealisme, Kepemimpinan & Pembelajaran Hidup Suhardi Alius' karya Dedi Mahardi. Moermahadi menjadi keynote speaker dalam launching dan bedah buku di Lemhanas, kemarin.
Buku ini ditulis Dedi Mahardi atas inisiator dari mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar.
"Yang menginisiasi buku ini ternyata Buya Syafii Maarif dan Pak Nasaruddin Umar. Pengalaman hidup bahwa integritas itu sangat penting, berpikir secara pribadi memang butuh integritas," katanya kepada merdeka.com, Minggu (29/10).
Menurutnya, negara ini dibangun dengan idealisme para pendiri bangsa. "Kita ini cuma mengisi kemerdekaan. Nah integritas itulah yang diperlukan untuk membangun bangsa ini," kata mantan Kapolda Jawa Barat ini.
Menurutnya, di tengah membangun bangsa ini banyak kabut yang harus dihadapi dengan integritas. "Saya maknai integritas itu sebagai sebuah prinsip, komitmen yang dilatarbelakangi dengan kejujuran, nilai-nilai spiritual, knowledge yang didapat selama ini, sehingga bisa membedakan mana yang baik, mana yang buruk serta mana yang benar dan yang salah. Itu sebagai kontrol kita," jelasnya.
Buya Syafii melihat sosok Suhardi ini adalah anak bangsa yang memiliki dedikasi tinggi terhadap masalah bangsa. Apalagi saat ini mantan Kabareskrim itu sering mendapatkan undangan dari berbagai negara untuk berbicara masalah penanggulangan terorisme.
"Sekarang dia (Suhardi) menjadi guru di mana-mana, diminta di Turki, Australia, Amerika, Jerman untuk mengajarkan bagaimana cara menanggulangi terorisme. Walaupun masih ada juga teror, tapi sudah jauh berkurang," tuturnya.
Apalagi, menurut Buya, masalah terorisme ini bermula dari berbagai masalah, misalnya keadilan sosial karena ketimpangan yang tidak cepat diatasi. Lalu teroris hanya ditembak atau dihukum sehingga memunculkan 1.000 teroris baru.
"Nah negara barat tidak paham masalah seperti ini, tapi Suhardi bisa memahami ini. Ini kelebihan Suhardi sehingga dia menjadi konsultan di muka bumi ini mengajarkan kepada negara barat bagaimana cara mengatasi terorisme. Tentunya ini luar biasa," jelasnya.
Menurut Moermahadi, sosok Suhardi seorang pemikir dan mampu menuangkan pemikirannya dalam suatu konsep yang jelas dan bernilai strategis. "Beliau mampu berpikir, menuliskannya, sekaligus menjelaskan pemikirannya dengan bahasa yang mudah dimengerti," tuturnya.
Selain itu menurutnya, sosok alumni Akpol 1985 ini memiliki tutur kata halus dan punya sikap tegas dalam mengambil keputusan. "Ini dibuktikan dengan banyaknya masalah berat yang dihadapi mampu diselesaikan dengan baik tanpa menimbulkan riak-riang yang tidak perlu dan meresahkan kehidupan bernegara," imbuhnya.
Penulis Dedi mengaku mendapat masukan dari berbagai tokoh bahwa di bangsa ini tuna teladan. Untuk itu harus ekstra hati-hati memunculkan nama orang berintegritas di negeri ini.
"Ini agar anak bangsa dan generasi ke depan itu menyadari bahwa bangsa ini harus dibangun dengan kejujuran, kebaikan dan dengan integritas, bukan lagi dengan kepalsuan. Setelah melalui berbagai penilaian dari berbagai tokoh, akhirnya muncul nama pak Suhardi di ranking pertama," ungkapnya.