Temuan Situs Bersejarah di Tol Malang-Pandaan Diduga Candi Era Majapahit
"Karena kita lihat tadinya yang kita kira lurus ternyata berbelok, membentuk sudut. Kita mau mengenali struktur apa, apakah gapura, candi atau tembok. Eranya semasa Majapahit, tapi belum tahu angka pastinya," jelasnya.
Arkeolog yang tengah bekerja dalam ekskavasi situs sejarah yang ditemukan di proyek Tol Malang-Pandaan belum berani berkesimpulan tentang temuan tersebut. Namun dari temuan awal memiliki bentuk yang semakin melebar sehingga harus dilakukan pembukaan permukaan secara keseluruhan.
"Kita baru melihat permukaan, menelusuri permukaannya ternyata besar. Kalau bagian dari rumah kelihatannya bukan. Bisa saja batur, dinding besar, dinding kota (benteng), bisa saja gapura, tetapi belum tahu," kata Andi Muhammad Said, Kepala Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) di Malang, Selasa (12/3).
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Bagaimana sejarah Museum di Puro Mangkunegaran? Museum ini terletak tak jauh dari Balai Kota Solo, berdasarkan sejarahnya, museum ini sudah dibangun sejak tahun 1867 dan dulunya digunakan sebagai kantor untuk De Javasche Bank Agentschap Soerakarta.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Bagaimana menara tersebut di gambarkan dalam sumber sejarah? Menara ini memiliki empat sisi yang tergambar dengan jelas dalam ilustrasi kuno.
-
Apa yang ditemukan di situs sejarah di Desa Ngloram? Di tengah situs itu terdapat tumpukan batu yang berundak. Di sana terdapat makam yang tak diketahui pemiliknya. Di bawahnya terdapat tumpukan bata yang membatasi punden dengan bidang kosong. Di sebelah kiri agak ke bawah terdapat gundukan bata yang disebut dengan Punden Ngloram.
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
Andi menjadwalkan untuk membuka semua permukaan dengan bantuan alat berat. Penggalian akan dilakukan sisi luar dengan radius tertentu, sehingga tidak akan merusak temuan.
"Karena kita lihat tadinya yang kita kira lurus ternyata berbelok, membentuk sudut. Kita mau mengenali struktur apa, apakah gapura, candi atau tembok. Eranya semasa Majapahit, tapi belum tahu angka pastinya," jelasnya.
Said menduga, situs tersebut sebagai pemukiman yang di dalamnya memungkinkan adanya gapura, benteng, candi dan lain sebagainya. Sebarannya agak luas sehingga perlu dibuka agar dapat melihat bentuk bangunannya.
"Kita lihat perkembangannya, kalau terus berkembang ya kita tambah harinya, pokoknya kita tuntaskan," terang Said yang tengah memantau ekskavasi di Desa Sekarpura, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Selasa (12/3).
Secara kajian, Said mengaku tidak banyak dokumen yang membahas tentang kawasan tersebut. Namun catatan Belanda menyebut sebagai kawasan pemukiman Ngadipuro.
Berarti memang pemukiman lama yang ditinggalkan penduduknya karena alasan tertentu. Tetapi masih serba kemungkinan karena belum ditemukan faktanya.
"Permukaannya tidak ditemukan tanda-tanda, sehingga tidak menduga kalau ini situs, karena catatanya tidak ada. Belanda mencatat, tapi bentuknya apa belum tahu. Ini penemuan baru," jelasnya.
Senada juga disampaikan Wicaksono Dwi Nugroho, Arkeolog BPCB Jawa Timur selaku Ketua Tim Ekskavasi. Kerja awal masih melakukan penggalian dan baru menemukan lapisan batu-bata bersusun.
"Dari indikasi bagian dinding batu-bata yang tersusun menggunakan teknik batu gosok. Biasanya teknik ini digunakan atau ditemukan di bangunan semacam pertirtaan. Tapi entah bangunan apa ini nanti kita ketahui mungkin lima hari ke depan," katanya.
Wicaksono juga mengatakan, dari ukuran batu bata yang ditemukan sedikit lebih besar dari yang ditemukan di Trowulan, Mojokerto era Majapahit. Sehingga temuan situs di jalur tol Malang-Pandaan itu kemungkinan berada di era sebelumnya. Semakin modern ukuran pada semakin kecil seperti sekarang ini.
"Kalau dari ukuran batu batanya lebih besar dari bata yang di Trowulan. Kemungkinan juga merujuk pada pra Majapahit. Tapi nanti kita lihat temuan-temuan keteks lain, seperti fragmen porselin, mata uang dan lain sebagainya yang ditemukan," ungkapnya.
Baca juga:
Pemda Siap Ganti Untung Warga Penemu Barang Sejarah di Tol Malang-Pandaan
Ini Penampakan Situs Sejarah di Lokasi Proyek Tol Malang-Pandaan
Situs Sejarah di Jalur Tol Malang-Pandaan Diekskavasi Selama 5 Hari
BPCB Trowulan Mojokerto Imbau Warga Laporkan Temuan Situs Sejarah di Tol Malang
Arkeolog Usul Situs Bersejarah Kawasan Tol Malang-Pandaan Diekskavasi Menyeluruh