Terakhir Kali Melihat Maulana di Mapolres Jakarta Barat
A terbangun saat memasuki gerbang Polres Jakarta Barat. Dia tersadar setelah diberi oksigen. Setelah turun dari mobil yang membawanya, A sempat melihat rekannya, Maulana, tengah ditangani tim medis. Maulana diberi oksigen. Tapi tak kunjung sadar.
Bocah berinisial A (14) tidak akan melupakan saat ditangkap Polisi karena ikut dalam kerumunan massa demo berujung rusuh di Jakarta pada Rabu (25/9). Dia ditangkap bersama rekannya, Maulana Suryadi alias Yadi yang belakangan diketahui meninggal dunia usai bentrokan massa dengan polisi.
A dan Maulana dimasukan ke dalam mobil Polisi. Massa ditangkap dan dimasukkan dalam mobil. Mereka disuruh tiarap dan ditumpuk. Di truk polisi iti, Maulana tiarap di bawah A. Kondisi di dalam truk tidak manusiawi dan membuat keduanya pingsan.
-
Siapa yang berjuang melawan penjajah di Surabaya? Mereka gugur dengan mulia sebagai pahlawan yang ingin mempertahankan tanah air.
-
Siapa pemimpin Serangan Umum Surakarta? Serangan ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan Kota Solo dikepung dari semua sisi oleh anggota gerilya yang menyerbu kota pada pagi hari.
-
Kapan Marsekal Suryadarma meninggal? Saking Lurusnya, Rumah Yang Ditempatinya Belum Lunas Saat Suryadarma Meninggal Tahun 1975.
-
Apa yang menjadi tuntutan utama mahasiswa dalam demonstrasi tersebut? Lahirlah apa yang dinamakan TRITURA. Tritura atau Tri Tuntutan Rakyat 1. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya2. Rombak Kabinet Dwikora3. Turunkan Harga-Harga
-
Bagaimana Syaikh Muhammad Suhaimi melawan penjajah? Ia bergerak bersama laskar rakyat Bekasi untuk menumpas kesewenang-wenangan pasukan penjajah.
-
Siapa yang menyerahkan SK Jabatan Fungsional kepada guru dan nakes di Banyuwangi? Bupati Ipuk Fiestiandani menyerahkan SK penetapan Jabatan Fungsional kepada 460 Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemkab Banyuwangi.
A terbangun saat memasuki gerbang Polres Jakarta Barat. Dia tersadar setelah diberi oksigen. Setelah turun dari mobil yang membawanya, A sempat melihat rekannya, Maulana, tengah ditangani tim medis. Maulana diberi oksigen. Tapi tak kunjung sadar. Di situlah A terakhir kali melihat Maulana.
"Saya lihat ada darah-darah di pipinya. Lagi dikasih oksigen sama dokter, ada tabung oksigen juga, di aspal posisinya itu, tidak ada alas. Itu di aspal Polres," jelasnya.
A langsung dibawa ke lantai dua Mapolres Jakarta Barat. Mereka ditempatkan di lantai 2 Gedung Mapolres. Selama tiga hari tiga malam, A menginap di teras Unit PPA Polres Jakarta Barat. A dipisah dari massa yang sudah di atas umur.
Dia menjalani pemeriksaan di Polres Jakarta Barat. Saat diperiksa, A sempat menanyakan kabar dan keberadaan rekannya, Maulana. Dia benar-benar tidak mengetahui kondisi rekannya. Tidak diketahui keberadaan dan nasib Maulana.
"Ditanyain, setiap harinya gimana, main sama siapa, nama, alamat, siapa yang ngajak. Sempet nanya Yadi (Maulana) cuma didiemin," bebernya.
Selang beberapa hari, A akhirnya dijemput orangtuanya. Hari itu, Sabtu (28/9). Di situ dia mendapat kabar bahwa Maulana meninggal dunia.
"Dan saya tahu dari bapak, bilangnya si Yadi meninggal Pas hari Jumat. Jadi waktu saya di sana (Polres) tidak tahu kalau Yadi meninggal," katanya.
Diberitakan sebelumnya, Maulana Suryadi alias Yadi, pemuda 23 tahun ini meregang nyawa di tengah demonstrasi berujung rusuh di Gedung DPR, Rabu (25/9). Menurut keterangan kepolisian yang diterima sang ibu, Maspupah, Maulana meninggal dunia karena sesak napas yang mengakibatkan asmanya kambuh.
Namun, kerabatnya menemukan kejanggalan, lantaran tubuh Maulana penuh luka lebam serta adanya pendarahan dari bagian hidung dan telinga yang terus terjadi, bahkan hingga merembes ke kain kafan.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono membantah Maulana dianiaya polisi. Dia meyakini, tubuh Maulana bersih tidak ada luka-luka.
"Ibu kandung almarhum, Maspupah, datang ke rumah sakit polri melihat jenazah anaknya untuk dibawa pulang. Ia lihat sendiri tidak ada tanda-tanda kekerasan pada jenazah anaknya," ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (4/10).
Ia berdalih polisi sudah menawarkan keluarga Maulana untuk melakukan autopsi. Namun ditolak.
"Ibu kandungnya tidak mau (Maulana) diautopsi, karena memang anaknya punya riwayat sesak napas. Ada pernyataan ditandatangani di atas materai Rp6.000," dalih Argo.
Baca juga:
Sebelum Maulana Meninggal: Ditangkap dan Ditumpuk di Dalam Truk Polisi
VIDEO: Tanda Tanya Kematian Maulana Korban Demo Rusuh Jakarta
Korban Demo Rusuh, Maulana Tewas Karena Asma atau Tindak Kekerasan?
Keluarga Minta Polisi Jujur Ungkap Penyebab Kematian Maulana
Janggal Kematian Maulana di Tengah Rusuh Jakarta
Jejak Terakhir Maulana saat Demo Rusuh di Jakarta