Terima Rp 200 ribu perbulan, warga Bantargebang minta kenaikan uang bau sampah
Tempat tinggal Mamat hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari gunungan sampah di atas lahan seluas 110 hektar tersebut. Dia merasakan langsung dampak lingkungan keberadaan TPST Bantargebang.
Sejumlah warga yang bermukim di sekitar TPST Bantargebang milik DKI Jakarta meminta kenaikan uang bau sampah. Pasalnya, kompensasi bau sampah sebesar Rp 200 ribu setiap bulan dinilai terlalu kecil dibandingkan dampak yang ditimbulkan.
Warga di Kelurahan Ciketing Udik, Mamat mengatakan, setiap tiga bulan sekali menerima kompensasi bau sampah senilai Rp 600 ribu. Artinya, setiap bulan uang bau tersebut senilai Rp 200 ribu.
-
Bagaimana cara petugas membersihkan tumpukan sampah di Kota Jogja? Pada Senin pagi (9/10), seperti terlihat pada akun Instagram @merapi_uncover, tampak beberapa petugas kebersihan sedang membersihkan sampah-sampah yang menumpuk. Mereka juga membawa satu unit truk untuk memindahkan sampah-sampah tersebut ke dalam truk.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Di mana gempa Bantul berpusat? Gempa bumi yang berpusat di Kabupaten Bantul menjadi sebuah alarm pengingat tentang keberadaan zona subduksi yang masih aktif di wilayah selatan Pulau Jawa.
-
Kenapa Jogja sekarang darurat sampah? Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan masih ditutup dan akan terus berlangsung dalam beberapa hari ke depan.
-
Kenapa Bingka Kentang Khas Banjar begitu istimewa? Penggunaan bahan-bahan lokal yang melimpah seperti kelapa, tepung beras, gula merah, dan santan menjadi ciri khas utama dari Bingka Banjar yang membuatnya begitu istimewa.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
"Sekarang uang sebesar itu buat apa? Sekali dibawa ke pasar langsung habis," kata Mamat yang berjualan di pinggir jalan menuju TPST Bantargebang pada Senin (22/10).
Tempat tinggal Mamat hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari gunungan sampah di atas lahan seluas 110 hektar tersebut. Dia merasakan langsung dampak lingkungan keberadaan TPST Bantargebang.
"Bisa dibilang, makan dan minum campur bau sampah sekarang ini," ujar pemilik toko kelontong ini.
Sementara, seorang ibu rumah tangga, Lala mengatakan, sampah yang dibuang ke TPST Bantargebang terus meningkat dibandingkan lima tahun lalu. Apalagi, sekarang truk-truk besar masuk ke tempat pembuangan akhir milik DKI selama 24 jam.
"Uangnya lancar, setiap tiga bulan sekali. Tapi, kan nilainya tidak sebanding dengan apa yang kami alami di sini," ujarnya.
Beda halnya dengan Sumardi, warga di Kelurahan Sumurbatu, ini meminta rehabilitasi total TPST Bantargebang. Sebab, kompensasi uang bau sampah dinilai tak akan menyelesaikan persoalan bau sampah di wilayahnya.
"Kalau tidak ada perbaikan, sampai kapan pun bau sampah pasti akan terjadi. Karena tumpukan sampah sudah menggunung, melebihi pepohonan yang ada," jelasnya.
Pemerintah DKI Jakarta memberikan kompensasi bau sampah kepada warga di tiga kelurahan di Kecamatan Bantargebang yang terdampak TPST Bantargebang, di antaranya kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, dan Sumur Batu. Total ada 18 ribu keluarga yang bermukim di sana.
Sejak ditake over oleh DKI dari PT. Godang Tua Jaya pada 2015 lalu, nilai kompensasi yang diterima warga di Bantargebang naik dari Rp 100 ribu tiap bulan menjadi Rp 200 ribu.
Baca juga:
Terima Rp 200 ribu perbulan, warga Bantargebang minta kenaikan uang bau sampah
Anies klaim telah kunjungi Bantargebang
Mendagri ingatkan Anies Baswedan untuk perhatikan daerah penyangga
Gelar pertemuan, Anies & Wali Kota bekasi sepakat selesaikan sampah Bantargebang
Masih belum mendesak, Gubernur Jabar ogah campuri kisruh sampah DKI-Bekasi
Wali Kota Bekasi datangi Balai Kota, bahas dana kemitraan?