TNI AD Usulkan Pengadaan Helikopter Osprey, AW dan Black Hawk
Alutsista tersebut diyakini bisa menambah kekuatan TNI AD. Kendati demikian, TNI AD tak memaksakan untuk pembelian alutsista tersebut mengingat saat ini tengah pandemi COVID-19.
Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa mengatakan telah mengusulkan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) baru yang dibutuhkan, termasuk helikopter serbu dan helikopter angkut.
"Bukan hanya helikopter Osprey saja. Dalam (daftar alutsista) yang kami sempat usulkan ada helikopter AW juga dan Black Hawk juga," kata Andika usai meninjau latihan tempur di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Kodiklatad, Baturaja, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan dilansir Antara, Kamis (26/11).
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Di mana prajurit TNI AD ini berasal? Diungkapkan oleh pria asli Kaimana, Papua Barat ini bahwa sebelum memutuskan menikah, Ia sudah menjalin asmara atau berpacaran selama 3 tahun.
-
Bagaimana anggota TNI itu ditemukan? Anggota TNI dari kesatuan POM AD III/Siliwangi itu pertama kali ditemukan tergeletak berlumuran darah oleh warga di halaman bengkel mobil, Jalan Pangkalan 5, Kelurahan Ciketing Udik, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jumat (29/3) sekira pukul 03.30 WIB.
-
Apa saja alutsista baru yang diterima TNI AU untuk menambah kekuatan pertahanan? TNI AU telah menerima alutsista baru sebanyak delapan unit Helikopter H225M, lima unit pesawat angkut C-130 J Super Hercules buatan Lockheed Martin, lima unit pesawat jenis NC-212i buatan PT Pindad Indonesia (PTDI), delapan unit drone tempur CH-4 buatan China, serta Radar RAT-31 DL/M.
-
Di mana ledakan gudang amunisi TNI terjadi? Lokasi ledakan Gudang Amunisi Daerah (Gudmurad) Desa Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/3) lalu menyisakan pertanyaan.
-
Siapa yang kagum dengan kekuatan TNI? Gamal Abdul Nasser Adalah Sahabat Dekat Presiden Sukarno Keduanya menjadi pelopor gerakan Non Blok. Karena dekat, Nasser bicara terus terang pada Presiden Sukarno.
Alutsista tersebut diyakini bisa menambah kekuatan TNI AD. Kendati demikian, TNI AD tak memaksakan untuk pembelian alutsista tersebut mengingat saat ini tengah pandemi COVID-19.
"Tapi, sekali lagi kami siap menerima keputusan apapun karena memang kita sedang berhadapan dengan pandemi," kata Andika.
Melihat karakteristik wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan, kata dia, dibutuhkan lebih banyak helikopter.
"Helikopter angkut tadi, seharusnya kami punya yang lebih besar. Helikopter serang misalnya Apache, kami seharusnya punya lebih banyak, tidak hanya delapan saja," tutur mantan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) ini.
Saat ini, helikopter angkut yang dimiliki oleh TNI AD adalah MI-17. Meski kapasitas angkutnya sudah cukup besar, Andika menilai perlu ada helikopter angkut yang kapasitasnya lebih besar.
"Ada yang lebih besar lagi yang kami perlukan," katanya.
Tetapi, TNI AD menyerahkan keputusan kepada pemerintah dan akan menggunakan alutsista dengan sebaik mungkin. "Dengan yang kami punya. Kami sudah berusaha memaksimalkan dengan menggunakan teknologi terbaru," katanya.
Helikopter MV-22 Osprey menggabungkan keunggulan sebuah helikopter (rotary wing) dengan pesawat terbang (fixed wing). Desain seperti ini dianggap sesuai dengan karakteristik geografis di Indonesia, khususnya di wilayah pedalaman, yang tidak memiliki infrastruktur "runway" memadai untuk mendaratkan pesawat angkut.
Baca juga:
Marsekal Pertama Penny Radjendra Ingatkan Pentingnya Penguatan Industri Alutsista
Komisi I DPR Nilai Omnibus Law Membuka Celah Liberalisasi Industri Pertahanan
DPR: Kunker Prabowo ke AS Sangat Dibutuhkan Demi Kerja Sama Alutsista
Jokowi: Ubah Kebijakan Belanja Pertahanan Jadi Investasi
Terima Anggaran Kedua Terbesar di 2021, Kemenhan Diminta Tak Hanya Beli Alutsista