Trah Bonokeling jalan kaki 40 km gelar selamatan di makam leluhur
Setiap tahun, trah Bonokeling selalu menggelar selamatan, berziarah ke makam para leluhur. Dahulu, ritual ini dilakukan dengan berjalan tanpa alas kaki.
Anak Putu Bonokeling melakukan tradisi perlon unggahan, Kamis (18/5). Ratusan di antara mereka, terutama yang berasal dari berbagai wilayah Kabupaten Cilacap berjalan kaki menuju Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas yang berjarak puluhan kilometer (km).
Anak putu Bonokeling dalam buku Islam Kejawen, Sistem Keyakinan dan ritual anak cucu Ki Bonokeling (2008), merupakan komunitas Islam kejawen yang bermula dari tokoh bernama Kyai Bonokeling. Kyai ini konon berasal dari daerah Purwokerto, Pasir Luhur yang kemudian menetap sampai dikuburkan di Pekuncen yang berasal dari kata sucen berarti suci. Anak cucu Bonokeling sendiri lantas menyebar ke berbagai wilayah sampai Cilacap yakni di Adipala, Kroya sampai Kawunganten.
Menjalani tradisi perlon (keperluan) selamatan mendekati bulan puasa, Anak Putu Bonokeling dari Desa Adiraja, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap menempuh jarak 40 km ke Desa Pekuncen demi berziarah ke makam Ki Bonokeling. Mereka melakukan perjalanan dengan busana adat yang disebut nurani yakni laki-laki menggunakan iket, kemeja hitam dan kain jarik. Sedang para perempuan berbusana kebaya dan kain jarik.
Bedogol (pemimpin kelompok) Anak Putu Bonokeling Desa Adiraja, Candra Jaya (64) mengatakan tercatat 693 anak putu yang melakukan perjalanan ke pekuncen. Perjalanan ini sebagai bagian dari ziarah ke makam para leluhur. Tradisi berjalan kaki ini memang dilakukan setiap tahun saat tradisi perlon (keperluan) selamatan mendekati bulan puasa.
"Kalau dulu anak putu berjalan telanjang kaki. Tapi zaman sudah berubah, jadi boleh pakai sandal jepit," kata Candra yang merupakan bedogol generasi ke-8 kepada merdeka.com, Rabu (17/5) malam.
Ditambahkan oleh juru kunci Anak Putu Bonokeling Desa Adiraja, Sejadi Wirya (57) mengatakan sebelum perjalanan dilakukan, para anak cucu juga telah menyiapkan berbagai bekal hasil bumi dan peternakan untuk dibawa ke Desa Pekuncen. Bekal ini secara khusus disimpan di rumah cerabakan yang kurang lebih berluas 10 x 5 meter, dan dijaga selama 24 jam sejak Rabu (17/5) malam sampai Kamis (18/5) pagi. Bekal ini di antaranya merupakan makanan yang tak boleh disentuh.
"Bekal ini khusus dibawa ke Pekuncen. Nanti di sana baru diserahkan untuk diolah sebagai masakan," kata Sejadi.
-
Di mana tradisi Nyepuh di Ciamis dilakukan? Dalam pelaksanaan tradisi Nyepuh pada Senin (26/2) lalu, ratusan warga antusias dan berkumpul di makam leluhur Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu.
-
Bagaimana cara warga Ciamis merayakan tradisi Nyepuh? Warga yang hadir kemudian mengikuti serangkaian prosesi, termasuk berdoa dalam menyiapkan diri lahir batin agar bisa menjalankan ibadah puasa dengan tuntas dan mendapat keridaan.
-
Kenapa tradisi ruwatan dilakukan di Jawa? Masyarakat Jawa masih rutin melaksanakan tradisi tersebut sebagai bentuk penyucian diri. Masyarakat Jawa memiliki beragam jenis ritual yang sampai sekarang masih rutin dilakukan. Salah satunya adalah tradisi ruwatan yang merupakan ritual penyucian untuk membebaskan seseorang dari hukuman yang berbahaya.
-
Apa itu tradisi Dudus di Banten? Dudus jadi tradisi unik yang dimiliki warga Karundang Tengah, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten.Gambar: YouTube SCTV Banten Sesuai namanya, Dudus berarti tradisi mandi kembang dan sudah jadi warisan turun temurun dari leluhur di Cipocok Jaya.
-
Apa tradisi adat yang dirayakan di Desa Olehsari, Banyuwangi? Ritual adat Seblang Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, digelar selama satu pekan, sejak 15 April - 21 April.
-
Apa tujuan utama dari tradisi Nyawalan di Ciamis? Tradisi nyawalan hadir sebagai bentuk silaturahmi antar warga, sekaligus ngamumule alias melestarikan kebiasaan nenek moyang dalam merayakan hari kemenangan.
Pantauan merdeka.com di Desa Adiraja, ratusan anak cucu sebelum berjalan kaki dikumpulkan terlebih dahulu di salah satu rumah cerabakan. Mereka lalu diberangkatkan pukul 08.00 WIB dengan penataan barisan perempuan di bagian depan. Sedang anak cucu yang tidak melakukan perjalanan melakukan penyambutan di setiap halaman rumah, memberikan caping dan mendoakan keselamatan.