Warga Desa Wadas Kukuh Tolak Rencana Penambangan Batu Andesit
Penangkapan yang dialami puluhan warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Selasa (8/2), tidak lantas membuat mereka patah semangat. Warga yang menolak penambangan batu andesit menyatakan akan terus mempertahankan lahannya.
Penangkapan yang dialami puluhan warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Selasa (8/2), tidak lantas membuat mereka patah semangat. Warga yang menolak penambangan batu andesit menyatakan akan terus mempertahankan lahannya.
Semangat untuk mempertahankan lahan itu tergambar dari Mars Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempa Dewa), wadah utama bagi warga yang menolak penambangan batu andesit di wilayahnya. Berikut liriknya:
-
Apa masalah yang dihadapi warga di Desa Paja, Lebak akibat musim kemarau? Musim kemarau melanda sejumlah daerah di wilayah Banten. Akibatnya, masyarakat yang terdampak langsung mengalami kesulitan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seperti yang terjadi di Desa Paja, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak. Di sini, warganya harus rela berjalan kaki sejauh 1 kilometer demi mendapatkan beberapa jerigen air bersih.
-
Apa yang terjadi pada bidan desa itu? Sebelumnya kondisi Safriani sempat melemah, karena penyakit kelumpuhan secara tiba-tiba. Ia pun hanya bisa terbaring lemah dan tidak mampu menjalankan tugas seperti biasa.
-
Apa yang terjadi di Desa Sidomulo, Pekalongan akibat hujan deras? Akibatnya, banjir dan tanah longsor terjadi di beberapa titik.
-
Apa yang dilakukan warga Desa Mliwis saat Nyadran? Ratusan warga di sana berkumpul dan makan bersama di area makam leluhur. (Foto: YouTube Liputan6) Tradisi berkumpul bersama itu sudah diwariskan secara turun-temurun oleh para leluhur. Mereka berkumpul di kompleks dengan membawa berbagai jenis makanan seperti jajanan pasar, kuliner tradisional, hingga ingkung ayam jago yang dibawa menggunakan tenong, sebuah tempat makan yang terbuat dari anyaman bambu.
-
Kapan hujan deras terjadi di Desa Sidomulo? Sepanjang hari Minggu (3/3), Desa Sidomulo, Kecamatan Lebakbarang, Pekalongan terus diguyur hujan deras.
-
Apa yang ditemukan di desa Abad Pertengahan tersebut? Tim juga menemukan benteng bukit kecil berbentuk oval yang dianggap sebagai kastil kaum bangsawan setempat. Dalam penggalian selama dua pekan tahun ini, kastil beserta parit dan tembok benteng di depannya diperiksa dengan cermat. Tim penggalian berhasil mendokumentasikan lebih dari 2.000 temuan, termasuk tapal kuda, paku besi, genteng, dan sejumlah pecahan tembikar.
Bersama-sama kita jaga Desa Wadas tercinta. Tuk kelangsungan hidup sampai anak cucu kita bahkan sampai akhir dunia.
Kami Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas. Akan terus berjuang sampai darah penghabisan dan tak kenal menyerah.
Ayo..ayo..ayo menolak dan melawan. Ayo..ayo..ayo menolak dan melawan.
Bersama Gempa Dewa, ayo kita selamatkan bumi Wadas tercinta.
Selain Gempa Dewa, adapula Wadon Wadas. Wadon sendiri berasal dari Bahasa Jawa yang berarti perempuan. Wadon Wadas berisikan perempuan-perempuan yang melawan penambangan. Ada pula gerakan anak muda Wadas yang dinamai Kawula Muda Desa Wadas atau Kamu Dewa.
Gerakan Penolakan
Tiga gerakan ini merupakan organisasi yang didirikan warga Desa Wadas untuk menolak penambangan batu andesit.
Organisasi-organisasi ini lahir pascarencana penambangan batu andesit di Desa Wadas. Batu andesit itu akan dipakai untuk pembangunan Bendungan Bener yang menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) di pemerintahan Presiden Jokowi.
Perlawanan terhadap penambangan andesit yang dilakukan Gempa Dewa bersama Wadon Wadas dan Kamu Dewa ditandai dengan sejumlah aksi demonstrasi. Aksi demonstrasi ini pernah digelar di depan Kantor BBWSO hingga BPN Purworejo.
Salah seorang anggota Kamu Dewa, R (nama diinisialkan atas permintaan narasumber) mengatakan, Kamu Dewa merupakan kumpulan pemuda-pemudi Desa Wadas yang menolak penambangan batu andesit di daerahnya.
R menerangkan tak ada struktur seperti ketua maupun sekretaris dalam Kamu Dewa. Semua pemuda-pemudi punya peran masing-masing dan saling bergantian untuk mengisi dan membantu.
"Ya saling isi saja gitu. Bisanya apa ya dikerjakan. Yang penting tetap guyub rukun," kata R, Selasa (15/2).
R menceritakan Kamu Dewa yang berisikan anak muda ini banyak membantu saat ada aksi-aksi penolakan terhadap rencana penambangan batu andesit di Desa Wadas. Dari menyiapkan perangkat aksi hingga turut serta dalam aksi.
"Mural-mural yang ada di Desa Wadas, tulisan-tulisan menolak penambangan itu ya dibuat bersama-sama dengan warga lainnya maupun teman-teman dari solidaritas. Setiap sudut ada tulisan penolakan tambang batu andesit," kata R.
Tidak Kekurangan dari Pertanian
Desa Wadas. ©2022 Merdeka.com/Purnomo Edi
R menerangkan jika keluarganya mempunyai tiga bidang tanah di lokasi yang akan jadi penambangan batu andesit. Dirinya dan keluarga enggan untuk menjual lahan karena lahan itu diwariskan turun menurun dan menjadi sumber penghidupan bagi keluarga mereka.
"Bapak saya petani. Setiap hari ada saja hasil dari ladang yang dibawa pulang untuk kami makan. Buah-buahan, sayur maupun yang lainnya," tutur R.
"Di ladang juga ada pohon karet. Tiap hari disadap sama bapak saya. Nanti dikumpulkan terus dijual. Ada juga kayu keras kayak sengon dan mahoni. Kopi juga ada. Durian juga ada. Pokoknya dari ladang kami itu, keluarga saya tidak hidup kekurangan dan bahkan bisa menguliahkan saya," imbuh R.
R menuturkan alasan itulah yang membuatnya akan terus mempertahankan ladang keluarganya. Tanpa penambangan, sambung R, keluarga dan warga Desa Wadas sudah sejahtera.
Bertekad Pertahankan Lahan
Senada dengan R, Ahmad warga Desa Wadas menerangkan jika dirinya akan terus mempertahankan ladang milik keluarganya yang diwariskan secara turun menurun. Ahmad menjabarkan, ladang yang akan dijadikan tempat penambangan batu andesit ini adalah sumber penghasilan keluarganya yang bekerja sebagai petani.
"Tidak akan dijual dengan alasan apa pun. Cari saja lokasi penambangan yang lain. Jangan di Desa Wadas. Ini (lahan) adalah sumber penghidupan bagi warga. Kami sudah sejahtera dari hasil ladang kami," tegas Ahmad.
Ahmad menerangkan bahwa dirinya sempat ditangkap dan dibawa ke Polres Purworejo pada Selasa (8/2). Dia baru dilepas pada Rabu (9/2).
Dia menceritakan penangkapan yang dialaminya tak membuatnya surut untuk menolak rencana penambangan batu andesit di Desa Wadas. "Saya akan terus menolak rencana penambangan batu andesit di Desa Wadas. Tolak pokoknya," pungkas Ahmad.
(mdk/yan)