Yusril unggah foto Petruk Dadi Ratu, sindir Jokowi kah?
Dalam waktu semalam, dengan wajah barunya Petruk melabrak semua tatanan yang sudah terlanjur menjadi 'main stream'.
Pakar Hukum Tata Negara Indonesia Yusril Ihza Mahendra dalam beberapa hari ini aktif mengomentari ramai berita tentang konflik antara KPK vs Polri lewat kicauannya di media sosial Twitter melalui akun @Yusrilihza_Mhd. Misalnya pada Jumat (23/01) dia mengunggah foto Petruk Dadi Ratu dengan status, "Hehe lakon wayang Petruk Dadi Ratu to?"
Sebelum mengunggah foto itu, Yusril menulis tentang ribut-ribut pemberhentian Kapolri Jenderal Sutarman. Dia mengaku ingat betul tentang pembahasan RUU Kepolisian. Menurut dia, pengangkatan dan pemberhentian kapolri seharusnya satu paket atas persetujuan DPR. Presiden juga wajib menyertakan alasan-alasannya.
"Alasan mendesak itu hanya 2 yakni jika Kapolri melanggar sumpah jabatan atau membahayakan keamanan negara. Dalam keadaan seperti dlm angka 9 itulah Presiden dpt berhentikan Kapolri dan tunjuk Plt tanpa persetujuan DPR," ujar Yusril, mantan Menteri Sekretaris Negara era Presiden SBY itu.
Apakah status Yusril di Twitter itu bermaksud menyindir Presiden Jokowi? Belum ada penjelasan. Namun Yusril kembali mengunggah foto Petruk Dadi Ratu dengan caption "Ono titi mongso Petruk Dadi Ratu - Jongko Joyoboyo", Minggu (25/01).
Cerita Petruk Dadi Ratu merupakan salah satu kisah dalam pewayangan. Kisah yang biasanya diselingi lelucon oleh dalang itu memang memiliki banyak versi. Misalnya dalam buku "Ensiklopedi Wayang Purwa" dikisahkan tentang hilangnya Jamus Kalimasada yang dicuri Dewi Mustakaweni, putri dari negara Imantaka, sebagai titik awal cerita Petruk Dadi Ratu.
Kalimasada yang hilang kemudian menjadi bahan perebutan antar raja, sehingga timbul kegaduhan dan kekacauan luar biasa. Singkat cerita, Jamus Kalimasada itu sampailah ke tangan Petruk. Dia lantas menyimpannya, tetapi karena pengaruh kesaktian dan kekuatannya ampuh, Petruk dapat mengalahkan raja Lojitengara dan menduduki singgasananya. Petruk lalu bergelar Prabu Wel Geduelbeh.
Petualangan Prabu Wel Geduelbeh ini tak berhenti di situ karena dengan kesaktiannya dia justru mengamuk dan memerangi kerajaan-kerajaan lain, termasuk kerajaan Hastina yang dipimpin para Pandawa. Menurut dalang, begitulah ketika Punakawan kalau sudah mengeluarkan kesaktiannya, konon dilukiskan sebagai "tidak ada manusia pun dapat menandinginya."
Penyamaran Petruk sebagai Prabu Wel Geduelbeh ini baru terbongkar setelah bertarung dengan saudaranya sendiri, Gareng dan Bagong. Awalnya perang antara Prabu Wel Geduelbeh dengan Gareng dan Bagong itu tidak segera berakhir karena belum ada yang menang dan kalah. Sampai akhirnya ketiganya berkeringat. Gareng dan Bagong sangat mengenali bau keringat Petruk sehingga keduanya tidak lagi mengajak bertarung dan mengadu kesaktian. Gareng dan Bagong malah mengajak Petruk bercanda, berjoged bersama dengan berbagai lagu dan tari.
Akhirnya, tanpa sadar Prabu Wel Geduwelbeh kembali ke habitatnya sebagai orang yang jenaka dan lupa telah memakai pakaian kerajaan. Setelah sadar, dia segera lari meninggalkan Gareng dan Bagong karena malu. Tapi Prabu Wel Geduwlbeh dikejar oleh Gareng dan Bagong. Setelah tertangkap langsung dipeluk dan digelitik oleh Bagong sampai Petruk kembali ke wujud aslinya.
Setelah terbuka semua, Petruk ditanya oleh Kresna mengapa ia bertindak seperti itu. Petruk beralasan tindakan itu untuk mengingatkan tuannya bahwa segala perilaku harus diperhitungkan terlebih dahulu.
Versi cerita pewayangan lain, cerita Petruk Dadi Ratu itu terjadi karena dia tidak tahan dengan ulah raja-raja dan bangsawan di Mayapada, kerajaan Kahyangan yang dipimpin Bethara Guru. Petruk sudah hafal betul ulah mereka karena sudah mengabdi sebagai punakawan selama puluhan tahun.
Singkat cerita, Petruk yang sebenarnya sakti mandraguna itu menjelma menjadi Prabu Kanthong Bolong. Dalam waktu semalam, dengan wajah barunya dia melabrak semua tatanan yang sudah terlanjur menjadi 'main stream' dan model kekuasaan di Mayapada dalam waktu satu malam. Dia mengubah tatanan pemerintahan secara radikal dan semaunya sendiri sehingga membuat resah raja-raja dan para dewa di kahyangan.
Maka akhirnya raja dan dewa-dewa itu bersekongkol membuat sekenario melenyapkan raja biang kerusuhan, yakni Raja Kanthong Bolong atau Petruk. Sayangnya, persekutuan raja dan dewa itu gagal. Raja Kanthong Bolong tidak mati dan malah mengamuk menghajar semua raja dan dewa, termasuk Kresna dan Pandawa. Bahkan Bethara Guru sang penguasa Mayapada pun kalah.
Keadaan Mayapada semakin semrawut sampai akhirnya Semar Bodronoyo turun tangan mengendalikan situasi. "Ngger, Petruk anakku!," Semar berujar pelan, suaranya serak dan berat seperti biasanya. "Jangan kau kira aku tidak mengenalimu, ngger!"
"Apa yang sudah kau lakukan, tho le? Apa yang kau inginkan? Apakah kamu merasa hina menjadi kawulo alit? Apakah kamu merasa lebih mulia bila menjadi raja? Sadarlah ngger, jadilah dirimu sendiri."
Prabu Kanthong Bolong yang gagah dan tampan, berubah seketika menjadi Petruk. Berlutut di hadapan Semar. Lalu kisah Petruk Jadi Ratu berakhir.
Petruk tersenyum mengingat peristiwa itu. "Ah, hanya Hyang Widi yang tahu apa isi hatiku, selain Dia aku tak peduli." Kembali dia mengayunkan pecoknya membelah kayu bakar. Sambil bersenandung tembang pangkur.
Baca juga:
Ini saran Yusril kepada Presiden Jokowi soal kisruh KPK-Polri
Yusril: Semua pihak harus menahan diri
Sebut Komjen Badrodin bukan Plt Kapolri, Seskab diejek Yusril
Yusril sebut gugatan kubu Agung Laksono ke Ical bakal rontok
Didampingi Yusril, kubu Ical gugat balik Agung ke pengadilan
Yusril kritik cara Jokowi berhentikan Sutarman