25 Kali sehari di TV, survei sebut HT lebih populer dari Jokowi
Namun, secara elektabilitas Jokowi masih lebih unggul.
Pusat Kajian Pancasila, Hukum, dan Demokrasi Universitas Negeri Semarang (PUSKAPHDEM) hari ini merilisi hasil jajak pendapat mereka soal tingkat keterpilihan dan popularitas para calon presiden muda.
Menurut Direktur PUSKAPHDEM, Arif Hidayat, lagi-lagi kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo atau kerap disapa Jokowi, bertengger di posisi teratas dalam hal keterpilihan (elektabilitas).
"Elektabilitas Joko Widodo mencapai 82,89 persen. Itu adalah andil media karena menjadi media darling (kesayangan media massa)," kata kata Arif dalam acara diskusi di Hotel Gran Melia, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (9/2).
Kemudian, Arif melanjutkan, di posisi kedua soal elektabilitas disabet oleh Wakil Ketua DPR sekaligus Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, Priyo Budi Santoso dengan meraup 77,19 persen. Politikus Partai Keadilan Sejahtera, Hidayat Nur Wahid, menguntit di tempat ketiga dengan perolehan 64,57 persen.
Sementara di tempat keempat diambil Menteri Pemuda dan Olahraga sekaligus Politikus Partai Demokrat, Roy Suryo, yakni dengan jumlah pemilih 54,57 persen. Nama-nama lain seperti Muhaimin Iskandar, Puan Maharani, Anis Matta, dan lainnya masih tertatih-tatih mengejar tingkat keterpilihan nama-nama besar itu.
Namun, Arif memaparkan fakta yang mengejutkan. Dari hasil survei itu terungkap fakta popularitas Calon Wakil Presiden dari Partai Hanura, Hary Tanoesoedibjo, justru mengalahkan Jokowi.
"Soal popularitas, ternyata Hary Tanoe menduduki peringkat pertama dengan 83,27 persen. Tidak heran, dalam catatan kami 25 kali sehari dia muncul di televisi, baik di sinetron, kuis, dan lainnya," ujar Arif.
Menurut peneliti PUSKAPHDEM, Pujiono, survei itu dilakukan di 32 provinsi dan melibatkan 1070 responden. Semua responden diambil dari berbagai macam kalangan dan usia.
Arif menambahkan, dari hasil jajak pendapat, 88,78 persen responden menginginkan pemimpin yang tegas. Dia melanjutkan, 52,05 persen responden menginginkan regenerasi kepemimpinan. Sedangkan 73 persen responden suka terhadap pemimpin berusia di bawah 55 tahun.
"Kesimpulannya, Pilpres 2014 momentum capres muda. Semoga mereka bisa memanfaatkan momentum ini, karena pada 2019 mereka sudah dikategorikan capres tua," sambung Arif.