5 Hasil suara parpol mengejutkan di Pemilu 2014
Banyak suara partai yang di luar prediksi. Peta politik dan lobi-lobi politik pun dinilai akan makin memanas.
Sejumlah lembaga survei merilis hasil quick count dan exit poll perolehan suara Pemilu 2014. Walau angka setiap quick count tak sama persis, namun hasilnya tak jauh berbeda.
Posisi pertama ditempati Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia ( PDIP ) dengan perolehan suara sekitar 19-19,5%. Lalu Partai Golkar di nomor dua dengan 14-14%. Disusul Gerindra dengan 11-12%.
Hasil Pemilu ini cukup mengejutkan. Banyak suara partai yang di luar prediksi. Peta politik dan lobi-lobi politik pun dinilai akan makin memanas.
Berikut fakta-fakta mengejutkan seputar perolehan suara partai berdasarkan quick count tersebut.
-
Mengapa perolehan suara Partai Demokrat merosot di Pemilu 2014? Merosotnya perolehan suara ditengarai karena konflik internal dan beberapa tokoh partai yang terciduk kasus korupsi.
-
Bagaimana perolehan suara Gerindra di Pemilu 2014? Pemilu 2014, Perolehan Suara Meroket
-
Partai apa yang menang di Pemilu 2019? Partai Pemenang Pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase suara sebesar 19.33% atau 27,05 juta suara dan berhasil memperoleh 128 kursi parpol.
-
Apa yang diraih Partai Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
-
Partai apa yang meraih suara terbanyak dalam Pemilu 2024 di DKI Jakarta? Hasilnya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) meraih suara terbanyak.
-
Partai apa yang menang di pemilu 2019? Partai pemenang pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase 19.33% dari total suara sah yang diperoleh.
PKB melejit 9 persen
Partai yang tak disangka-sangka melejit adalah Partai kebangkitan Bangsa. Sejumlah quick count merilis Pemilu 2014, partai ini mendapat suara antara 8-9%. Di Pemilu 2009, PKB hanya mendapat suara 4,94%
Hal ini mengejutkan. Selama ini PKB jauh dari gembar-gembor manuver politik. Mereka juga selalu direcoki perselisihan antara keluarga Gus Dur. Namun nyatanya tahun ini PKB sukses besar.
peneliti CSIS Philips J. Vermonte menyatakan hasil ini adalah bukti perkembangan positif partai besutan Muhaimin Iskandar itu. Dia juga mengatakan ini adalah pembuktian kerja keras dan kekompakan internal PKB.
"PKB lebih solid ketimbang 2009. Ketika saat itu konflik internal melanda keras. Muhaimin berhasil mengonsolidasikan partai dan meraup suara," kata Philips dalam jumpa pers, Rabu (9/4).
Philips menambahkan, banyak perubahan terjadi di tubuh PKB turut membawa angin segar. Salah satunya dengan bergabungnya Presiden Direktur Lion Air, Rusdi Kirana.
Gerindra naik dua kali lipat
Suara Partai Gerindra naik dua kali lipat lebih dari 4,46 persen menjadi sekitar 11-12%. Sekretaris Jenderal Gerindra, Ahmad Muzani mengaku hasil partainya tersebut merupakan usahanya selama 5 tahun terakhir.
Perolehan fantastis ini akibat efek dari Ketua Dewan Pembina partainya, Prabowo Subianto (Prabowo effect).
Menurut Direktur Eksekutif Cyrus Network, Hasan Hasbi, ada beberapa faktor mengapa Gerindra mampu melesat pada pemilihan umum kali ini.
"Gerindra memetik hikmah sebagai oposisi walaupun baru lima tahun belakangan. Tidak banyak berita negatif tentang partai ini. Bisa jadi faktor figur Prabowo membantu partai ini," kata Hasan dalam jumpa pers di Pakarti Centre, Jakarta, Rabu (9/4).
Sementara itu menurut peneliti CSIS, Philips J. Vermonte, Gerindra berhasil membina pemilih loyal. "Dari beberapa survei hasilnya diketahui pemilih Gerindra adalah pemilih yang loyal ke partai. Walaupun Jokowi populer, tapi mereka terbukti tidak terpengaruh dan memilih Gerindra," ujar Philips.
Partai NasDem langsung menyodok
Partai Nasional Demokrat (NasDem) langsung menyodok di palagan pertamanya. Partai besutan Surya Paloh ini bisa meraup 6-7% suara. Sebagai partai baru tentu hal ini membanggakan.
Menurut peneliti CSIS, Philips J. Vermonte Partai Nasdem membuktikan diri sebagai partai yang masih kompak meski pendatang baru. Apalagi ini adalah pemilu pertama buat partai itu. Dengan hasil ini, lanjut dia, Nasdem diperkirakan bakal meramaikan kursi parlemen di Senayan.
"Performa Nasdem cukup baik dalam pemilu kali ini," kata Philips.
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengaku puas hitung cepat pemilihan legislatif berdasarkan lembaga survei. Menurutnya sebagai partai baru bisa mendapat suara di kisaran 6-7 persen adalah sebuah prestasi.
"NasDem berterima kasih kepada masyarakat. Kami bersyukur dapat konsolidasi optimal dan ikut sebagai peserta pemilu yang berhasil memperoleh 7 persen sebuah prestasi," kata Paloh saat konpers di Kantor DPP Partai NasDem, Jakarta Pusat, Rabu, (9/4).
Hanura rajin iklan, hasil jeblok
Partai Hanura diprediksi hanya mengantongi 5-6% suara. Bukan hal yang menggembirakan jika dibanding gencarnya pasangan Wiranto-Hary Tanoe muncul di jaringan media MNC. Sampai ada kuis khusus WIN-HT dan masuk ke sineron, namun hasilnya tetap jeblok.
"Hanura paling banyak dilihat di televisi, tetapi ini tampak tidak berpengaruh signifikan pada Hanura," Peneliti senior Indikator Politik Indonesia Kuskridho Ambardi saat merilis hasil Exit Poll Indikator Politik Indonesia, Rabu (9/4).
Justru, lanjut Ambardi, sosialisasi yang ditempuh PDIP yang lebih gencar mengunjungi pemilih dan sosialisasi luar ruang, seperti spanduk, stiker dan poster dianggap cukup memberi efek terhadap pilihan koresponden.
"Sosialisasi cara PDIP ini lebih berefek," ujarnya.
Jokowi Effect tak angkat PDIP
PDI Perjuangan menjadi juara Pemilu 2014. Namun partai banteng ini hanya meraih 19,5 persen suara. jauh dari target mereka 27 persen saat mengusung Jokowi menjadi capres.
Rupanya Jokowi Effect tak sehebat perkiraan PDIP. Jokowi memang mendongkrak suara partai, tetapi tak sekuat yang mereka duga.
Direktur Eksekutif Cyrus Network, Hasan Hasbi, memiliki pendapat senada dengan Philip. Menurut dia, deklarasi Joko Widodo buat bertarung dalam bursa pemilihan presiden tidak terbukti mendongkrak perolehan suara PDIP.
"Faktanya hari ini, efek Jokowi yang dikabarkan bisa menggerek perolehan suara PDIP ke angka 30 persen itu sulit terjadi. Ini jadi isu baru di internal PDIP," kata Hasan.