Airlangga Dinilai Bikin Golkar Melempem
Airlangga Dinilai Bikin Golkar Melempem. Tatkala sebuah partai mengalami kemerosotan maka secara sendirinya ia mengalami delegitimasi oleh rakyat.
Direktur Politik Hukum Wain Advisory Indonesia Sulthan Muhammad Yus menilai Partai Golkar melempem di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto. Hal itu terbukti dengan merosotnya perolehan suara partai itu pada Pemilu 2019.
"Sudah sepantasnya Partai Golkar melakukan pembenahan menyeluruh melalui forum musyawarah nasional sebagai pengambil kebijakan tertinggi dalam institusi kepartaian Golkar," ujar Sulthan di Jakarta, seperti dilansir Antara, Selasa (5/11).
-
Apa yang diklaim Airlangga sebagai pencapaian Partai Golkar? "Dengan demikian Partai Golkar mengalami kenaikan dan dengan Partai Golkar mengalami kenaikan, Partai Golkar juga yang mendukung Pak Prabowo dan Mas Gibran bisa berkontribusi kepada kemenangan Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka," tutup Airlangga.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Golkar? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Kapan Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Siapa yang menyampaikan keinginan aklamasi untuk Airlangga Hartarto dalam memimpin Golkar? Untuk informasi, kabar adanya keinginan aklamasi dari DPD I dalam penunjukkan Airlangga kembali memimpin Partai Golkar disampaikan Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Lodewijk F. Paulus.
-
Kenapa Airlangga menginstruksikan kader Golkar untuk turun ke masyarakat? “Saya instruksikan kepada seluruh partai Golkar di Indonesia. Sekarang sedang disusun berdasarkan nomor urut dan pemilu sudah system terbuka, sehingga dengan demikian sudah waktunya sekarang untuk langsung bergerak, konsolidasi di akar rumput, rebut hati rakyat,” katanya.
Menurut Sulthan, pembenahan perlu dilakukan agar status Golkar sebagai salah satu partai politik besar tidak rapuh di republik ini. Pada Pemilu 2019, perolehan suara dan kursi Golkar merosot dari pemilu sebelumnya.
Dari 14,75 persen (91 kursi) pada Pemilu 2014, menjadi 11,71 persen (85 kursi) pada Pemilu 2019.
"Bahkan, perolehan suara dan kursi di era Ketua Umum Airlangga Hartanto ini adalah terjeblok dalam sejarah Partai Golkar. Di bawah kepemimpinan Airlangga ini, Golkar justru kehilangan tradisi juara atau runner-up dalam setiap pemilu, dan harus puas menjadi partai yang cuma finish di urutan ketiga," ujarnya.
Menurut Sulthan, perolehan suara dan kursi dalam pemilu adalah indikator utama keberhasilan sebuah partai politik. Tatkala sebuah partai mengalami kemerosotan maka secara sendirinya ia mengalami delegitimasi oleh rakyat.
"Ruang pembuktian setiap partai itu ada di momen pemilihan umum. Dalam hal ini Partai Golkar bisa dikategorikan sebagai salah satu partai yang mengalami delegitimasi tersebut," ujar Sulthan.
Sulthan mengatakan dalam sejarah kepemimpinan Partai Golkar, tidak ada ketua umum yang bertahan setelah gagal meningkatkan suara atau kursi dalam pemilu.
Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar rencananya digelar pada 3-5 Desember 2019. Pada Selasa malam ini, DPP Partai Golkar akan menggelar rapat pleno membahas pelaksanaan munas tersebut.
Golkar pada pemilu 1999 memperoleh suara 22 persen suara. Ini merupakan kemerosotan yang jauh sekali daripada pemilu-pemilu sebelumnya. Dalam pemilu 1997 Golkar (belum menjadi partai) memperoleh suara sebanyak 70,2 persen, sedangkan dalam pemilu-pemilu sebelumnya juga sekitar 60 sampai 70 persen.
Contohnya, dalam pemilu tahun 1987 Golkar dapat menguasai secara mutlak 299 kursi dalam DPR. Selama Orde Baru, DPR betul-betul dikuasai Golkar dan militer.
Pencapaian pada Pemilu Legislatif 2009
Partai Golkar mendapat 107 kursi (19,2 persen) di DPR hasil Pemilihan Umum Anggota DPR 2009, setelah mendapat sebanyak 15.037.757 suara (14,5 persen). Perolehan suara dan kursi menempatkannya pada posisi kedua dalam Pemilu ini.
Pencapaian pada Pemilu Legislatif 2014
Partai Golkar mendapat 91 kursi (16,3 persen) di DPR hasil Pemilihan Umum Anggota DPR 2014, setelah mendapat sebanyak 18.432.312 (14,75 persen). Perolehan suara dan kursi menempatkannya pada posisi kedua dalam Pemilu ini.
Pencapaian pada Pemilu Legislatif 2019
Partai Golkar mendapat 85 kursi (14,8 persen) di DPR hasil Pemilihan Umum Anggota DPR 2019, setelah mendapat sebanyak 17.229.789 (12,31 persen). Perolehan suara menempatkannya pada posisi ketiga dan perolehan kursi menempatkannya pada posisi kedua dalam Pemilu ini.
Baca juga:
Selain NasDem, PAN akan Bertemu Golkar & PDIP Bahas Pilkada Hingga Pilpres 2024
Loyalis Tegaskan Bamsoet Tidak Pernah Mengatakan Mundur dari Munas Golkar
Gelar Rapat Pleno Besok Malam, Partai Golkar Putuskan Waktu Pelaksanaan Munas
Bamsoet Tegaskan Tak Buat Kesepakatan dengan Airlangga Tidak Maju di Munas
Ace Hasan Sebut Bamsoet Dua Kali Menyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum
Kubu Bamsoet Nilai Airlangga yang Harus Dilaknat Karena Golkar Gagal Menang