Bagaimana peluang Anies maju Pilpres 2019?
Akhir-akhir ini nama Anies seolah tenggelam seiring dengan munculnya nama-nama baru.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan sempat dilirik menjadi capres-cawapres pada Pilpres 2019. Peluang Anies maju dalam Pemilu 2019 sempat menguat karena banyak dukungan datang kepadanya.
Tetapi, akhir-akhir ini nama Anies seolah tenggelam seiring dengan munculnya nama-nama baru. Lalu bagaimana peluang Anies pada Pilpres 2019? Maju atau tidak?
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Bagaimana Anies Baswedan menanggapi kekalahan Pilpres? "Mau perjalanan yang nyaman dan enak, pilih jalan yang datar dan menurun. Tapi jalan itu tidak akan pernah mengantarkan kepada puncak manapun," ujarnya."Tapi kalau kita memilih jalan yang mendaki, walaupun suasana gelap ... kita tahu hanya jalan mendaki yang mengantarkan pada puncak-puncak baru."
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
-
Kapan pemilu 2019 dilaksanakan? Pemilu 2019 merupakan pemilihan umum di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Apa yang disampaikan Anies Baswedan di sidang perdana PHPU? "Karena memang sebagai prinsipal di awal kami hadir menyampaikan pesan pembuka sesudah itu nanti disampaikan lengkap oleh tim hukum," kata Anies, kepada wartawan, Rabu (27/3).
Nama Anies muncul dari PKS
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai pertama yang mengusulkan Anies Baswedan maju dalam Pilpres 2019. PKS memasukkan Anies dalam kandidat capres dari partai berlambang bulan sabit dan padi itu.
Presiden PKS Sohibul Iman menilai Anies lebih pantas apabila diproyeksikan menjadi capres dibandingkan cawapres. "Dasarnya adalah anies ini kita dorong jadi Gubernur DKI dengan ikhtiar yang sangat luar biasa, kalau kemudian Anies dimajukan ke tingkat nasional sekadar cawapres, saya kira tidak equal ya antara yang diperjuangkan terus dapatnya cawapres. Lebih baik ke capres saja. Begitu logikanya," jelasnya.
Setelah PKS, ramai digadang-gadang jika Gerindra juga melirik mantan menteri pendidikan itu. Namun Gerindra menganggap cocok menjadi cawapres mendampingi Prabowo Subianto. "Sebagai kader Gerindra, tadi hasil pertemuan dengan Pak Prabowo dan ya pembicaraan dengan kader Gerindra dan beberapa teman-teman di mitra koalisi, Pak Anies ini memang mencuri hati dan mencuri perhatian dari semua teman-teman dan dimana masyarakat juga dapat diterima," kata Ketua Tim Pemenangan Gerindra, Sandiaga Salahuddin Uno, di rumah Prabowo, beberapa waktu lalu.
Demokrat gabung koalisi Gerindra
Merapatnya Partai Demokrat dalam barisan Prabowo Subianto seperti mengubah peta politik. Setelah melakukan pertemuan intens dengan ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan petinggi PKS, Demokrat akhirnya resmi gabung ke dalam koalisi partai tersebut. Demokrat pun sepakat mengusung Prabowo sebagai calon presiden 2019.
Untuk cawapres Prabowo, baik Demokrat dan PKS menyerahkan sepenuhnya kepada Prabowo. Sejauh ini belum ada nama yang disebut dari koalisi tersebut. "Ya mudah-mudahan kita yakin kita akan bertemu sehari dua hari. Waktu semakin pendek. Kalau Capres sudah kita sepakati bersama, tinggal Cawapres yang kita bahas," tutur Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf usai bertemu elite Partai Demokrat di Hotel Gran Melia, Rasuna Sahid, Jakarta Selatan, Senin (30/7) malam.
Nama Anies redup
Akhir-akhir ini nama Anies mulai tenggelam dalam kandidat Pilpres 2019. Terlebih lagi setelah Partai Gerindra dan Demokrat berkoalisi seakan nama Anies tak pernah disebut lagi sebagai cawapres.
Hingga saat ini, koalisi tersebut masih mencari cawapres yang tepat untuk pendamping Prabowo Subianto. Nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) justru yang santer digadang-gadang jadi cawapres Prabowo. Prabowo juga sempat memberikan sinyal jika sosok muda seperti AHY mampu mendongkrak suara pemilih.
"Kriteria yang saya butuh adalah kriteria yang saya yakini kapabel, orang yang tentunya berkomunikasi dengan baik dengan generasi muda," kata Prabowo, di rumah SBY, kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (24/7).
Muncul nama Salim Segaf
Tak ramai lagi disebut sebagai kandidat cawapres, muncul nama Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Aljufri yang direkomendasikan sebagai pendamping Prabowo Subianto. Salim Segaf direkomendasikan oleh Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional. Salim Segaf dinilai sosok yang tepat mendampingi Prabowo lantaran dapat mengakomodir kepentingan umat.
"Untuk kepemimpinan nasional, peserta Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional sepakat untuk merekomendasikan Prabowo Subianto-Al Habib Salim Segaf Al-Jufri," kata Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-U) Yusuf Muhammad Martak membacakan rekomendasi di Hotel Peninsula, Jakarta, Minggu (29/7).
(mdk/has)