'Capres belajar dari Piala Dunia, main keras tapi patuhi wasit'
"Meskipun ada kekecewaan tidak harus membuat permusuhan di antara mereka," terang Karyono.
Pasangan Prabowo - Hatta dan Jokowi - JK sama-sama mengklaim kemenangan dalam Pilpres 2014 berdasarkan quick count (hitung cepat). Langkah politik itu mengindikasikan tak adanya sikap kenegarawanan kontestan pilpres.
Peneliti senior Indonesia Public Institut (IPI) Karyono Wibowo, menyatakan kedua pasangan capres-cawapres tak belajar dari kontestasi sepak bola di Piala Dunia. Persaingan boleh dilakukan dengan cara keras tapi tetap harus mematuhi aturan.
"Mestinya capres-cawapres dan timnya bisa belajar dari Piala Dunia di Brasil. Boleh bermain keras tapi harus tunduk pada wasit," kata Karyono di Galeri Cafe, Jl. Cikini Jakarta, Jumat (18/7).
Menurutnya, Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK harus menerima apapun hasil pilpres kali ini. Pihak yang kalah tak boleh memicu sebuah konflik horizontal dalam bentuk apapun.
"Para kontestan pilpres harus bisa menerima apapun hasilnya nanti. Meskipun ada kekecewaan tidak harus membuat permusuhan di antara mereka," terang dia.
Disamping itu, Karyono menilai hanya ada satu capres yang berlatar belakang militer juga membuat panas persaingan. Hal itu memicu adanya sentimen kelompok.
"Sepanjang sejarah, persaingan pilpres kali ini paling panas, apalagi hanya ada satu kontestan yang berlatar belakang militer. Ini pun memungkinkan adanya sentimen corps," pungkas dia.