Capres PDIP, trah Bung Karno atau kader pekerja?
Bukan rahasia umum, Puan sebelumnya sudah dipersiapkan oleh mendiang ayahnya Taufiq Kiemas.
Di antara generasi kedua trah Bung Karno, Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Puan Maharani adalah salah satu yang cukup diperhitungkan untuk dimajukan sebagai capres 2014. Bukan rahasia umum, Puan sebelumnya sudah dipersiapkan oleh mendiang ayahnya Taufiq Kiemas.
Taufiq memang tidak langsung menyebut nama Puan. Namun, menjelang akhir hidupnya, ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) itu terus menyuarakan regenerasi kepemimpinan nasional, yang jelas memberi jalan bagi anak muda, tak terkecuali Puan.
Berbeda dengan Kiemas yang cenderung mendorong Puan, seorang sumber di internal PDIP mengatakan, Megawati Soekarnoputri justru lebih rasional untuk memajukan keturunannya sebagai pemimpin. Bagi Megawati, kata dia, apa yang terbaik untuk bangsa dan partailah yang akan dipersiapkan.
Kini mendekati Pilpres 2014, pertanyaan siapa trah Bung Karno yang akan digadang-gadang dalam kontestasi politik nasional itu kembali mencuat. Sebab, sebagian kader PDIP masih menganggap penting kelanjutan trah Bung Karno, meski ada juga yang menilai partai harus 'move on' dengan berbasis kinerja.
"Hadirnya trah Soekarno dalam politik, tetap memiliki ruang yang besar dalam benak dan hati rakyat," kata Wasekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto kepada merdeka.com, Kamis (5/9).
Meski demikian, Puan sebagai salah satu trah Bung Karno, mengatakan kinerja harus lebih didahulukan ketimbang faktor darah.
"Kita gak bisa mendikotomikan antara kinerja dengan trah. Jadi kalau kemudian di PDI perjuangan masih ada keluarga Bung Karno yang berkiprah di PDI perjuangan tentu saja hrus kita lihat dulu kinerja orang tersebut di PDI Perjuangan," ujar Puan kemarin di Gedung DPR.
Hal itu penting, kata Puan, agar keluarga Bung Karno tidak dianggap hanya memajukan politik dinasti, tanpa memberikan kesempatan kepada kader-kader lain yang ingin memajukan partai.
Ditanya soal kemungkinan jika dirinya ditunjuk sebagai capres oleh partai, Puan menjawab diplomatis.
"Saya kan kader, kader itu kan ikut aturan dan mekanisme partai. Jadi kalau sebagai kader harus paham dan tahu mekanisme yang ada di internal. Kami sudah menyatakan siapa yang akan maju dalam Pilpres ditentukan ibu ketua umum, ya saya ikut dan tunduk," ujar dia.
Sebagai trah Bung Karno yang digadang-gadang, Puan tidak sendirian. Ada Prananda Prabowo, anak kedua Megawati dari almarhum Letnan Satu Penerbang Surindro Supjarso, dan Puti Guntur Soekarnoputra, anggota Fraksi PDIP DPR yang juga anak Guntur Soekarnoputra, putra sulung Soekarno.
Hasto mengatakan, pengaruh trah sang proklamator sudah dibuktikan oleh sejarah. "Sejarah PDI Perjuangan membuktikan, ketika masa sulit pun, pada saat PDI berhadapan dengan pemerintah Orde Baru yang sangat otoriter, konsolidasi yang dilakukan Megawati berangkat dari realitas betapa Bung Karno masih ada di tengah rakyat," kata Hasto.
Hasto tidak bisa membayangkan bagaimana konsolidasi partai saat itu tanpa adanya Megawati sebagai anak Bung Karno. "Dalam situasional seperti saat itu, di mana terjadi kegelisahan di seluruh aspek kehidupan, getaran terhadap kepemimpinan ala Bung Karno justru semakin besar," ujarnya.
"Saya meyakini masih kuatnya emotional bonding rakyat terhadap ide, gagasan, dan perjuangan Bung Karno," imbuhnya.
Dengan demikian, lanjut Hasto, bagi sekalangan elite yang menempatkan kepemimpinan hanya berdasar variabel elektabilitas semata, maka mereka tidak menangkap getaran ikatan emosional tersebut.
"Karena itulah berbicara trah Soekarno, adalah bicara kesejarahan dan sosiologi politik, namun juga harapan," ujarnya.