CSIS: Dari Kalkulasi Politik, Prabowo-Airlangga Paling Potensi Diusung Koalisi Besar
Peneliti CSIS Arya Fernandez menilai, Koalisi Besar sebagai solusi atas ‘deadlock’ penentuan capres di Koalisi Indonesia Besar (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR). Menurut dia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menengahi kebuntuan dalam mencari pasangan capres dan cawapres dengan Koalisi Besar.
Peneliti CSIS Arya Fernandez menilai, Koalisi Besar sebagai solusi atas 'deadlock' penentuan capres di Koalisi Indonesia Besar (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR). Menurut dia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menengahi kebuntuan dalam mencari pasangan capres dan cawapres dengan Koalisi Besar.
Arya mengatakan, KIB dan KIR relatif tidak ada progres. Selama setahun terakhir telah terbentuk. Namun hingga kini capres maupun cawapresnya belum ada kejelasan.
-
Kenapa Prabowo Subianto dan Jenderal Dudung menggandeng tangan Jenderal Tri Sutrisno? Momen ini terjadi ketika ketiga jenderal tersebut sedang berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan atau tempat digelarnya gala dinner seusai mengikuti rangkaian parade senja atau penurunan upacara bendera merah putih.
-
Apa yang dilakukan Menhan Prabowo Subianto bersama Kasau Marsekal Fadjar Prasetyo? Prabowo duduk di kursi belakang pesawat F-16. Pilot membawanya terbang pada ketinggian 10.000 kaki.
-
Apa yang diusung Prabowo Subianto dalam acara tersebut? Ketua Umum Pilar 08, Kanisius Karyadi, mengatakan bahwa kegiatan yang diikuti oleh 70 ribu lebih peserta ini merupakan bentuk dukungan terhadap Prabowo Subianto dalam menjaga dan merawat Persatuan Indonesia, sejalan dengan Sila ke-3 Pancasila.
-
Kapan Airlangga menyampaikan klaim dukungan Partai Golkar untuk Prabowo-Gibran? Hal itu disampaikan Airlangga dalam acara buka puasa bersama jajaran Partai Golkar dengan Prabowo-Gibran, di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Jumat (29/3).
-
Kapan pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden? Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029 pada 20 Oktober mendatang.
-
Siapa yang diusung oleh partai-partai pendukung Prabowo-Gibran? Dua nama yang santer bakal meramaikan Pilkada Jakarta adalah dua mantan Gubernur Ibu Kota dan Jawa Barat yakni Anies Baswedan dan Ridwan Kamil. Anies sebagai calon inkumben tampaknya bakal diusung oleh partai-partai pendukungnya di Pilpres 2024. Begitu juga dengan Ridwan Kamil yang didukung barisan partai pendukung Prabowo-Gibran.
"Kedua tidak ada mekanisme yang disepakati untuk menentukan bagaimana cara dalam menentukan capres itu," ujar Arya saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (10/4) malam.
Dengan Koalisi Besar ini, ujar Arya, nantinya parpol bisa mencari titik temu untuk mengatasi masalah koalisi yang ada. Karena koalisi besar, lanjut dia, saat ini memiliki figur Presiden Jokowi.
"Jadi penting karena beliau menjadi semacam perekat, mempertemukan kepentingan partai yang berbeda. Dia bisa jadi jangkar politik," kata Arya lagi.
Meskipun begitu, Arya tak memungkiri jika koalisi besar yang terdiri dari Gerindra, Golkar, PKB, PPP dan PAN ini juga belum tentu solid. Apalagi, jika ada godaan dari PDIP untuk membentuk poros sendiri.
"Kerentanan terjadi kalau ada pengaruh eksternal politik misalnya manuver PDIP. Melobi satu atau dua partai di koalisi besar. Itu bisa terjadi," tegas Arya.
Peluang PDIP Bergabung
Menurut Arya, PDIP sangat mungkin bergabung dengan koalisi besar. Parpol besutan Megawati Soekarnoputri itu juga mungkin saja membentuk poros sendiri nantinya.
Arya mengatakan, sampai sekarang interest PDIP adalah capres harus kader. Kalau itu bisa dipenuhi koalisi besar, tutur dia, kemungkinan PDIP bisa bergabung.
"Tapi kalau koalisi besar enggak bisa menerima, capres harus dari salah satu kader di lima partai itu, maka PDIP bisa akan melakukan lobi-lobi ke salah satu partai ditarik keluar oleh PDIP," katanya.
Konfigurasi Capres
Arya menambahkan, apabila Koalisi Besar plus PDIP terbentuk, dengan kesepakatan capres dari PDIP, maka cawapresnya adalah Ketum Gerindra Prabowo Subianto.
Namun dia memprediksi, hal ini tidak akan terjadi kesepakatan. Sebab, Prabowo dan Gerindra ingin maju sebagai capres. "Itupun situasinya kalau Pak Prabowo mau mengalah," katanya.
Kalau terjadi deadlock, lanjut Arya, karena PDIP gabung tidak muncul kesepakatan, tentu paling masuk akal sekarang itu kalau menggunakan indikator elektabilitas dan penerimaan parpol koalisi, kedekatan dengan Jokowi.
"Paling berpotensi Prabowo sebagai capres koalisi besar, kalau PDIP tidak bergabung,” tutur Arya.
Prabowo-Airlangga
Sementara untuk posisi Cawapres, Arya melihat, paling potensial mendampingi Prabowo adalah Ketum Golkar Airlangga Hartarto.
"Cawapresnya kalau gunakan asumsi komposisi kursi parpol di DPR Partai Golkar, jadi itu potensialnya ya Pak Airlangga. Jadi Prabowo-Airlangga. Itu dari sudut kalkulasi politik itu yang sekarang paling mungkin," jelas dia.
Arya mengatakan, dalam kalkulasi capres cawapres ketika sudah ada kesepakatan partai, maka elektabilitas cawapres tidak lagi menjadi pertimbangan.
"Tapi capresnya yang menjadi pertimbangan elektabilitas. Ketika sudah terbentuk koalisi, elektabilitas itu tidak lagi jadi indikator utama," katanya.
Ikuti perkembangan terkini seputar berita Pemilu 2024 hanya di merdeka.com
(mdk/rnd)