Dedi Mulyadi minta Golkar sejahterakan kader biar tak pindah partai
Idrus Marham sebelumnya mengingatkan kadernya agar memperbaiki dan meluruskan niat dalam berpartai. Dia mengingatkan hal ini karena melihat banyak kader yang loncat partai karena kepentingannya tidak terpenuhi.
Sekjen DPP Golkar, Idrus Marham mengingatkan kadernya agar memperbaiki dan meluruskan niat dalam berpartai. Dia mengingatkan hal ini karena melihat banyak kader yang loncat partai karena kepentingannya tidak terpenuhi.
Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi pun menghormati hal tersebut. Tetapi, kata dia, para kader yang loncat partai pasti memiliki alasan. "Harus kita hormati ya tidak boleh loncat partai. Tetapi kan loncat partai itu kan memiliki alasan," kata Dedi ketika ditemui di Jakarta, Kamis (7/9).
Menurut dia, apabila ada kader yang loncat partai seharusnya Partai Golkar juga bersama-sama membuat fasilitas yang nyaman. Ruangan organisasi, kata dia, semakin dibuka serta komunikasi politik semakin di bangun.
"Lalu kesejahteraan politiknya makin mantap. Kemudian mengedepankan kader-kader yang militan," pungkas dia.
Sebelumnya, Sekjen DPP Golkar, Idrus Marham mengingatkan kadernya agar memperbaiki dan meluruskan niat dalam berpartai. Dia mengingatkan hal ini karena melihat banyak kader yang loncat partai karena kepentingannya tidak terpenuhi.
"Dalam realitas, kita lihat begitu banyak teman-teman yang kepentingannya tidak terpenuhi, pindah partai," cetusnya saat membuka acara Diklat Komunikator Partai Golkar di The Sultan Hotel, Kamis (7/9).
Idrus mengatakan, kader yang loncat partai bahkan sampai lima dan enam kali kerap terjadi di negara ini. Dan baginya hal itu sangat memprihatinkan. Berpartai seharusnya berlandaskan cita-cita dan ideologi, bukan untuk kepentingan pragmatis.
Banyak kader yang pindah partai biasanya karena tidak dicalonkan oleh partainya menjadi kepala daerah. "Begitu tidak dicalonkan jadi calon gubernur, calon bupati, calon walikota, calon wakil walikota, tiba-tiba cari lagi tiket-tiket lain. Begitu tidak diterima di situ pindah lagi, begitu jadi wali kota pindah lagi ke partai lain. Mungkin mereka berpartai bukan berdasar cita-cita dan ideologi tapi untuk kepentingan diri dan sangat pragmatis," jelasnya.
Menurut Idrus, militansi seorang kader sangat ditentukan oleh niatnya berpartai. Jika berpartai atas dasar ideologi, maka para kader akan menjadi politisi yang tahan banting dan siap menghadapi berbagai tantangan. "Berjuang untuk partai tidak harus jadi anggota dewan, jadi menteri, jadi gubernur, jadi bupati," tandasnya.