Fahri Hamzah: Tantangan Terberat Prabowo di Darat, Jokowi di Udara
Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah menganalisa basis suara dari Capres Joko Widodo dan Prabowo Subianto di Pilpres 2019. Menurutnya, Jokowi unggul di darat dan Prabowo di udara.
Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah menganalisa basis suara dari Capres Joko Widodo dan Prabowo Subianto di Pilpres 2019. Menurutnya, Jokowi unggul di darat dan Prabowo di udara.
"Kalau tantangan yang paling berat Prabowo itu kan adanya di teritorial, artinya itu di darat. Sementara tantangan yang paling berat dari Jokowi itu adalah di udara dia," kata Fahri di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (8/2).
-
Apa yang menurut Fahri Hamzah menjadi bukti dari efek persatuan Jokowi dan Prabowo? "Efek persatuan mereka itu luar biasa, telah melahirkan kebijakan-kebijakan yang akan menjadi game changer, perubahan yang punya efek dahsyat pada perekonomian dan masyarakat secara umum," sambungnya.
-
Bagaimana Fahri Hamzah melihat proses bersatunya Jokowi dan Prabowo? "Ini adalah dua tokoh besar. Orang hebat dua-duanya, yang selama ini oleh politik dibuat bertengkar, sekarang kita buat mereka bersatu," tutur Fahri, Minggu (28/1)
-
Kapan Hamzah Haz terpilih menjadi Wakil Presiden? Pada hari Kamis, 26 Juli 2001, Hamzah terpilih sebagai Wakil Presiden ke-9 Republik Indonesia.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
Fahri menjelaskan, suara udara adalah kalangan menengah ke atas. Artinya Jokowi mesti meyakinkan elite Indonesia atau kaum intelektual yang mempertanyakan kerjanya dalam mengelola Indonesia selama empat tahun belakangan.
Sementara Prabowo harus meyakini basis darat yang merupakan kalangan menengah ke bawah. Biasanya masyarakat yang hidup susah. Namun, Menurut Fahri, Prabowo lebih gampang masuk ke kelas menengah ke bawah ketimbang Jokowi masuk ke kelas menengah atas.
"Kenapa? Karena meyakinkan kelas menengah atas ini kan rumit. Karena dia pintar, orang terdidik, orang sekolah, rewel gitu, punya banyak pertanyaan," kata Fahri.
"Sementara masyarakat (menengah ke bawah) itu enggak terlalu banyak pertanyaan. Begitu dia merasa hidupnya tambah susah ya itu adalah pintu bagi Prabowo sepenuhnya," tambahnya.
Dia meyakini gambaran kelas menengah keatas milik Prabowo dan kelas menengah kebawah milik Jokowi. Meski begitu, kata Fahri, pertempuran perebutan suara di Pilpres 2019 lebih dominan di kelas menengah ke bawah. Namun Jokowi sangat sulit memenangkan suara menengah ke atas.
"Confiden elite itu udah melemah sama Jokowi. Sekarang confident rakyat ini, confident rakyat ini kan teorinya sederhana. Kalau hidupnya tambah senang gak ada pertanyaan rakyat itu, orang saya hidupnya tambah senang," kata Fahri.
"Tapi kalau hidupnya tambah susah tambah tidak aman, merasa keadilan makin susah merasa pekerjaan makin rumit melihat kesenjangan kiri kanan ya pasti pindah itu," pungkasnya.
Baca juga:
Bibit Waluyo Turun Gunung, Gerindra Tegaskan Jateng Tak Lagi 'Kandang Banteng'
Alumni Trisakti Deklarasi Dukungan Jokowi-Ma'ruf
Isu Konsultan Asing & Rusia, Sandi Ungkap Sosok Rustiandy Samanov Orang Betawi Condet
Sandi Klaim Dukungan Bertambah: 70 Hari ke depan Pemilu Ini Menuju Perubahan
Sandiaga Minta Pendukungnya di Jabar Tak Soraki Kubu Jokowi-Ma'ruf
Target Menangkan Jokowi-Ma'ruf 62% di Sukabumi, PDIP Minta Kader 'Door To Door'