Fahri Hamzah yakin Jokowi kalah dari Prabowo di Pilpres 2019
Fahri Hamzah yakin Jokowi kalah dari Prabowo di Pilpres 2019. Fahri menilai, ketokohan dan ide-ide Prabowo layak diperjuangkan. Prabowo dianggap cukup konsisten dalam bersikap. Contohnya soal sikap politik Gerindra yang tetap bertahan sebagai oposisi dan gagasan pembangunan di DKI Jakarta.
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengaku memiliki kesamaan ideologi dan pandangan dengan Gerindra dan Prabowo Subianto. Fahri tidak secara tegas menyatakan mendukung Prabowo. Namun, dia memprediksi, Prabowo bakal memenangi pertarungan dari Joko Widodo di Pemilihan Presiden 2019 mendatang.
"Ya pasti Pak Jokowi kalah lah," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (8/3).
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Apa yang dibicarakan Prabowo dan Jokowi? Saat itu, mereka berdua membahas tentang masa depan bangsa demi mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045.
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Fahri menilai, ketokohan dan ide-ide Prabowo layak diperjuangkan. Prabowo dianggap cukup konsisten dalam bersikap. Contohnya soal sikap politik Gerindra yang tetap bertahan sebagai oposisi dan gagasan pembangunan di DKI Jakarta.
"Apalagi dengan koalisi yang tidak pernah berubah, sikap-sikapnya itu yang relatif konsisten gitu. Dalam Pilkada DKI dalam pandangannya terhadap pembangunan dan sebagainya," tegasnya.
Selain itu, Fahri sebenarnya menginginkan Pemilu 2019 melibatkan banyak poros agar masyarakat memiliki banyak pilihan calon pemimpin. Sayang, syarat ambang batas pencalonan presiden sebesar 20 persen membatasi partai-partai mengusung calon presiden.
"Saya inginnya itu porosnya banyak gitu. Supaya konsentrasi idenya tuh lebih beragam. Alternatif pikiran yang ditawarkan kepada masyarakat itu lebih beragam gitu lho," tuturnya.
Fahri memprediksi akan ada 2 atau bahkan 1 calon presiden di Pilpres 2019. Dia menegaskan bakal menentang adanya calon tunggal.
"Kemungkinan maksimalnya itu cuma 4, tapi kalau dilihat orang kumpul-kumpul gitu bisa cuma 2. Bahkan ada yang inginkan itu cuma 1 tiket melawan kotak kosong gitu. Yang pasti saya akan tentang habis-habisan siapa pun dia," ungkapnya.
Di sisi lain, Fahri mengkritik kinerja pemerintah di beberapa sektor, salah satunya terkait ketenagakerjaan. Dia mengaku mendapatkan laporan bahwa pemerintah melanggar UU Ketenagakerjaan dengan masuknya tenaga kerja asing yang tidak memiliki keahlian.
"Pemerintah secara terang-terangan telah melanggar UU ketenagakerjaan karena membiarkan bobolnya tenaga kerja tenaga kerja yang unsecure yang tidak punya keahlian dalam jumlah yang sangat besar," tegas Fahri.
"Bahwa yang datang itu harus ekspert, ngerti bahas yang bisa mentransfer ilmunya itu kepada warga negara indoensia. Kita sibuk memproteksi tenaga kerja kita di luar negeri melalui uu pekerja migran tiba-tiba kita kebobolan, nah ini bagaimana ini, mau dibiarin gitu loh," sambungnya.
Masalah lainnya, kata Fahri, terjadi dalam penegakkan hukum tindak pidana korupsi. Fahri menganggap Presiden Jokowi tidak mempunyai solusi alternatif dalam memberantas korupsi di Indonesia.
"Presiden kita perlu pemikiran alternatif dong, kalau masalah hari ini sama dengan masalah 5 tahun lalu, terus apa yang maju, enggak ada yang maju dari kehidupan kita," tandasnya.
Baca juga:
Fadli Zon pastikan Gerindra koalisi dengan PKS di Pilpres 2019
April, PPP godok nama cawapres Jokowi bersama ulama
Wacana poros ketiga, Golkar & PPP tetapi setia pada Jokowi
5 Partai dukung Jokowi, Ketum PPP sebut sulit terbentuk poros ketiga
Jika poros ketiga terbentuk, PPP bakal ajak dukung Jokowi
Nurhayati: Saya kira tidak ada yang keberatan dengan pembentukan poros ketiga
ICMI nilai Jimly, Din Syamsuddin, Mahfud MD layak dampingi Jokowi di 2019