Fenomena Jokowi dan pemimpin baru dari PDIP
Bagi PDIP, kata Tjahjo, kepemimpinan 2014 merupakan kepemimpinan transisional.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) kini berada di atas angin. Sejumlah hasil survei belakangan ini menyatakan partai Banteng Moncong Putih ini menanduk di posisi teratas dari 12 parpol peserta Pemilu 2014. Kebanyakan riset menyebut faktor Jokowi -lah yang mendongkrak suara partai nasionalis tersebut.
Karena faktor itulah, maka tak heran Jokowi disebut-sebut bakal diusung sebagai calon presiden dari PDIP di Pilpres 2014. Soal pencapresan Jokowi , partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu belum memastikan. Namun tanda-tanda ke arah kemungkinan itu semakin terang.
Pagi ini lewat Twitter, Sekjen DPP PDIP Tjahjo Kumolo menjelaskan tentang 'pemimpin baru' yang tengah disiapkan partainya. Ya, pemimpin baru, bukan lama, sehingga terminologi lama-baru ini bisa dimaknai tokoh baru, dan bukan tokoh lama yang ada di partai itu.
Pemimpin baru bisa saja diinterpretasikan sebagai Jokowi . Namun Tjahjo tidak menyebut nama di 19 kicauannya di Twitter yang diberi hastag #PemimpinBaru.
"Kepemimpinan nasional yang dicita-citakan PDI Perjuangan merupakan kepemimpinan yang benar-benar memahami sejarah perjuangan bangsanya," ujar Tjahjo lewat @tjahjo_kumolo. "Dan mampu membumikan Pancasila dan UUD 1945 dalam realitas kehidupan berbangsa yang sangat majemuk."
Menurut Tjahjo, kepemimpinan tersebut haruslah visioner guna menentukan masa depan Indonesia, sehingga pada tahun 2045 yang akan datang Indonesia dapat bangkit kembali menjadi pemimpin bangsa-bangsa Asia Afrika.
"Syaratnya, pemimpin tersebut harus memiliki karakter dan mampu menggelorakan kembali kebanggaan sebagai bangsa," kicaunya.
Karena itulah, kata Tjahjo, Indonesia harus mampu berdaulat dalam bidang pangan, energi, pertahanan, keuangan serta memiliki sumber daya manusia yang mampu mengakselerasi peningkatan kehidupan rakyat melalui pendekatan kebudayaan, termasuk penguasaan teknologi yang tepat.
"Termasuk penguasaan teknologi yang tepat sebagai fondasi keberdikarian di bidan ekonomi," kata Tjahjo.
Dia menjelaskan, berbagai persoalan struktural kian menghadang di depan mata. Kurs rupiah terhadap USD turun hingga melebihi ambang psikologis dan menjadi Rp 11.000, IHSG anjlok, harga komoditas pokok rakyat naik tak terkendali dan kesenjangan sosial makin melebar.
Di sisi lain, kata dia, jebakan utang luar negeri yang kian hampir Rp 2.000 triliun merupakan tantangan yang tidak mudah bagi siapa pun yang memimpin ke depan. "Berbagai persoalan di atas, memerlukan hadirnya pemimpin baru," ujar Tjahjo.
Kepemimpinan Transisional
Bagi PDIP, kata Tjahjo, kepemimpinan 2014 merupakan kepemimpinan transisional, yang merupakan perpaduan antara sosok yang memegang teguh dalam prinsip, dengan tokoh yang memiliki kemampuan mengelola pemerintahan guna memastikan berbagai persoalan di atas bisa diselesaikan.
"Beratnya persoalan tersebut juga menjadikan konsepsi pemerintahan yang ditawarkan PDI Perjuangan bukan hanya dalam rentang waktu 2014-2019, namun menjangkau hingga 2045," ujar dia.
Atas dasar hal itu, lanjut Tjahjo, PDIP tidak hanya berfokus pada siapa yang akan menjadi calon presiden dan wakil presiden yang akan datang. Namun juga konsepsi pemerintahan yang dijabarkan dari cita-cita untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat di bidang politik.
"Indonesia yang berdiri di atas kaki sendiri di bidang ekonomi dan Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan," tutupnya.