Ganjar: Mega jadi ketum PDIP bukan karena trah Soekarno
Ganjar mengaku Mega sempat ragu-ragu kembali maju karena sudah tua.
Politisi PDI Perjuangan Ganjar Pranowo membantah jika terpilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan kembali karena pimpinan yang layak duduk di orang nomor satu di PDI Perjuangan adalah harus orang yang masih 'trah' atau memiliki hubungan darah dengan Bung Karno.
Ganjar menilai, terpilihnya kembali Megawati sebagai orang nomor satu adalah karena kondisi PDIP yang masih membutuhkan Megawati sebagai sosok pengikat dan pemersatu di partai berlambang banteng moncong putih itu. Selain PDIP sendiri ingin menunjukkan kepada rakyat berkeinginan untuk mengawal pemerintahan Jokowi-JK kepada rakyat.
"Nggak hari ini sih kebutuhan saja. Kebutuhan yang pertama Mbak Mega adalah pengikat. Pemersatu. Yang kedua mbak Mega akan mengawal pemerintahan sekarang ini. Yang ketiga sekarang ini sebenarnya sistem kepartaian kita yang mau kita tunjukkan kepada rakyat,"tegas Ganjar kepada merdeka.com Kamis (25/9) usai acara Forum Ekonomi dan Bisnis Jawa Tengah di Gedung Bank Indonesia Lantai 8, Jalan Imam Bardjo, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Ganjar menilai setiap kepala daerah atau pemimpin dari kader PDIP tidak harus menjadi ketua partai di daerahnya masing-masing. Partai terkesan tidak didominasi oleh orang perorang maka partai harus punya program dan visi misi yang jelas untuk rakyat.
"Jadi, si presiden, si gubernur, si bupati walikota tidak harus selalu ketua partai. Biar aja ketua partainya sendiri-sendiri. Kemudian, partai punya ide. Partai punya visi, punya misi, begitukan. Partai punya program maka partai kemudian mengendalikan. Bukan individu sak geleme dhewe. Kalau begitu kondisinya maka akan bisa dilakukan kontrol di pemerintahan itu. Sehingga partai ke depan akan mulai dibangun untuk memikirkan rakyat dengan program-programnya,"ungkapnya.
Ganjar berkeinginan, PDIP ke depan bisa menjadi partai solid yang mempunyai kekuatan untuk menggerakkan dan bermanfaat bagi kemaslahatan rakyat tidak hanya orang-perorang saja.
"Saya membayangkan partai punya research and development, lembaga riset dan lebaga litbang yang bagus gitu khan. Sosialisasi yang bagus. Sehingga kalau Bung Karno bilang, membentuk sebuah kekuatan untuk kemaslahatan rakyat. Konteksnya seperti itu," ungkapnya.
Ganjar sudah mengira bahwa terpilihnya kembali Megawati sebagai Ketua Umum PDI P banyak kalangan yang tidak menyukainya. Padahal, Megawati sendiri sudah memberikan peringatan kepada kadernya untuk memikirkan berbagai kemungkinan terjadi kedepan dengan dipilihnya dia kembali.
"Saya sudah membayangkan pasti banyak orang tidak suka dengan posisi seperti ini. Mbak Mega juga sudah menyampaikan kepada kita, "Aku wes tuo lho yah?" Itu sebenarnya beliau kasih peringatan kepada kita; "Oke tak terima tapi aku wes tuo". Maka sebagai kader pada layar berikutnya kita harus siap-siap. Kita harus bicara plan A, plan B seandainya terjadi apa-apa,"jelasnya.
Sehingga Ganjar mengimbau kepada kader PDI P tidak hanya sekedar menunggu tetapi kedepan konggres yang dimungkinkan akan dilaksanakan di Batam atau di Menado tidak lagi memikirkan suksesi kepemimpinan tetapi berisi tentang diskusi dan pertarungan program partai. Bukan semata-mata memilih Megawati saat rakernas lalu karena Megawati adalah keturunan atau trahnya Bung Karno.
"Kader tidak boleh menunggu. Kader tidak boleh menunggu. Partai yang harus membuat sistem kaderisasinya. Jadi kalau trah nggak juga. Kalau trah Jokowi itu kan trahnya siapa? Ganjar ini trahnya siapa? Nggak ada trahnya. Dugaan saya, ini adalah awal yang ada baiknya yah. Nanti kalau terlaksana antara partai yang menjalankan kontrolnya, nanti konggresnya akan menarik. Karena berarti suksesi sudah selesai, maka saya kemarin langsung usul. Berarti konggres besok adalah menjadi konggres pertama yang mendiskusikan dan berdebat soal program," tuturnya.
Bagi Ganjar, konggres tersebut akan menjadi tontonan menarik masyarakat, selain upaya mengkontrol dan mengawasi pemerintahan Jokowi-JK ke depan juga sebagai ajang pertarungan program di dalam PDI P sendiri.
"Sehingga kalau selama ini konggres, musyawarah, muktamar atau munas semuanya hanya bicara suksesi saja, maka nanti dalam konggres PDI Perjuangan ada tontonan apakah konggres itu di Menado atau Batam itu tontonannya adalah berdebat program dan reorientasi partai menghadapi zaman. Jadi orang akan berdebat, oh partai akan begini, partai akan begini. Sehingga tidak hanya bicara siapa ketuanya? Finish! Programnya apa? Mbuh. Ini kesempatan kepada PDI Perjuangan untuk show, menunjukkan kepada publik bahwa besok konggres akan sangat menarik sekali karena anda akan bicara program. Nah silakan nanti, bagaimana mendorong Jokowi atau mengawasi Jokowi," pungkasnya.