Gatot Nurmantyo soal Keadilan: Ada Orang Punya 5,7 Ha Tanah, Lainnya Sepetak Digusur
Gatot berharap Partai Ummat mampu memenuhi dambaan rakyat menghadirkan kekuasaan dengan moralitas dan keadilan sosial yang seluruhnya dikerahkan hanya untuk rakyat.
Gatot Nurmantyo menyoroti keadilan sosial yang ada di Indonesia. Gatot berharap Partai Ummat mampu memenuhi dambaan rakyat menghadirkan kekuasaan dengan moralitas dan keadilan sosial yang seluruhnya dikerahkan hanya untuk rakyat.
"Saya mengharapkan Partai Ummat seperti itu. Karena itu sekarang yang langka. Kenapa langka? Ada satu hal yang sangat mengkhawatirkan dan sangat menyedihkan terjadi diskriminasi dan pemerintah telah gagal memberikan keadilan," ujar Gatot di Jakarta, Selasa (14/2).
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
-
Kenapa Pantai Widodaren viral? Keberadaannya belum banyak yang tahu. Namun belakangan ini, pantai ini viral karena keindahannya.
-
Apa yang terjadi pada bocah yang viral di Bandung? Viral Remaja Pukuli Bocah Lalu Mengaku sebagai Keponakan Mayor Jenderal Sekelompok remaja tmenganiaya dan mencaci bocah di Bandung, Jawa Barat. Videonya viral setelah seorang pelaku mengaku sebagai keponakan seorang jenderal.
-
Siapa korban dalam kejadian yang viral di Pati? Korban diketahui berinisial K (20), warga Desa Mojowalaran Gabus.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Di mana kuburan viral itu berada? Lokasi kuburan itu berada tengah gang sempit RT.03,RW.04, Kelurahan Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur.
"Indikasinya ada orang yang mempunyai 5,7 hektar (tanah) tapi di Jakarta, Bandung, Surabaya, beberapa kota ratusan penggusuran tanah yang hanya mempunyai satu petak saja," kata Gatot menambahkan.
Gatot mencontohkan Papua. Untuk sanitasi kebersihan, lanjut dia, di Jakarta nilainya 90 lebih tapi di Papua paling hanya satu atau dua nilainya. Sangat jauh sekali perbedaannya. Selain itu, kata Gatot, berbicara kekayaan apalagi. Inilah yang membuat retak dan bisa bubar bangsa ini karena di Indonesia ada yang menikmati surganya Indonesia, tapi lebih banyak yang menikmati nerakanya Indonesia.
"Mengapa demikian? Karena sebagian besar pendidikan di negeri ini kurang bermutu. Tidak bisa bersaing, maka wajar kalau TKA banyak masuk ke sini. Kita bisa lihat bahwa karena pendidikannya tidak bermutu, mereka akhirnya berusaha di sektor informal pun pada jabatan profesi yang paling rendah, dengan gaji paling kecil yang hanya bisa bertahan untuk hidup agar tidak mati," tutur dia.
"Mereka tidak bisa bersaing dengan ekonomi modern yang menggunakan IT. Inilah terjadi dikotomi hitam dan putih. Saya bicara berdasarkan data," tegas dia.
Ikuti perkembangan terkini seputar berita Pemilu 2024 hanya di merdeka.com
(mdk/ded)