Gerindra klaim Jokowi masih ingin Prabowo jadi cawapresnya
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono menilai, Joko Widodo masih menginginkan Prabowo Subianto menjadi calon wakil presiden yang akan mendampinginya di Pemilu Serentak 2019. Alasannya, karena Jokowi tengah bimbang melihat elektabilitasnya yang terus merosot.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono menilai, Joko Widodo masih menginginkan Prabowo Subianto menjadi calon wakil presiden yang akan mendampinginya di Pemilu Serentak 2019. Alasannya, karena Jokowi tengah bimbang melihat elektabilitasnya yang terus merosot.
"Menurut saya sangat bisa dipahami kalau Pak Jokowi masih menginginkan itu (Prabowo jadi cawapres)," kata Ferry di Kampus UI, Salemba, Jakarta, Jumat (20/4).
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Apa yang dibicarakan Prabowo dan Jokowi? Saat itu, mereka berdua membahas tentang masa depan bangsa demi mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Contohnya, kata Ferry, terlihat dari hasil survei Median. Merujuk pada survei Median yang dilakukan dilakukan 24 Maret-6 April 2018, elektabilitas Jokowi berada di angka 36,2 persen.
Angka tersebut, menurut Ferry, dilakukan sebelum keluarnya kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak, polemik puisi Sukmawati Soekarnoputri hingga keluarnya Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Tenaga Kerja Asing.
Dia yakin elektabilitas Jokowi akan lebih 'jeblok' jika lembaga survei melakukan riset setelah kebijakan-kebijakan itu diterapkan pemerintah.
"Saya rasa trennya turun. Dan sebagai presiden yang punya kekuasaan, itu pusing pasti kalau trennya turun," klaimnya.
Baca juga:
Belum sepakat dukung Prabowo, PPP masih ingin samakan persepsi
Partai Berkarya belum putuskan dukung Jokowi atau Prabowo di 2019
Sandiaga Uno bertemu Romahurmuziy, sinyal PPP tinggalkan Jokowi?
Sandiaga akui bahas duet Jokowi-Prabowo saat bertemu PPP
Akan bahas poros ketiga dengan SBY, PKS ingin minimalisir perpecahan
Politisi PDIP sebut kans Jokowi menang Pilpres 2019 semakin besar
Sohibul: Kalau Gatot diusung Gerindra kami terima, tapi cawapresnya PKS