GM merasa tak layak masuk 33 tokoh sastra paling berpengaruh
"Setidaknya saya tidak melihat ada semacam 'aliran' baru dalam sastra Indonesia karena puisi saya," kata GM.
Goenawan Mohamad menjadi salah satu dari 33 tokoh sastra Indonesia yang dinilai paling berpengaruh. Namun, pentolan Teater Utan Kayu dan Komunitas Salihara itu merasa tak layak masuk dalam daftar sastrawan yang kiprahnya sudah ditulis dalam sebuah buku itu.
"Dengan segala hormat kepada penyusun buku itu, saya anggap saya tak layak masuk ke dalam daftar 33 orang itu," kata pria yang biasa disapa GM itu lewat situs pribadinya, Senin (6/1).
Mantan Pemimpin Redaksi Majalah Tempo itu menekankan komentarnya tersebut adalah serius.
"Serius. Mungkin waktu jadi wartawan, dengan kerja jurnalistik saya, dengan majalah Tempo, saya punya pengaruh. Tetapi selain saya tak aktif lagi di jurnalisme, karya puisi saya rasanya tidak ada pengaruhnya. Berbeda dengan puisi Chairil, Sitor, Rendra, Sutardji," kata GM.
"Setidaknya saya tidak melihat ada semacam 'aliran' baru dalam sastra Indonesia karena puisi saya," imbuhnya.
GM mengatakan cita-citanya bukanlah menjadi sastrawan yang berpengaruh. "Cita-cita saya jadi juara maraton," ujarnya.
Apa serius? "Ya, anggap saja serius, meskipun itu cita-cita yang pasti gagal," ujarnya.
GM menjelaskan, lari maraton itu membutuhkan persiapan yang tidak main-main.
"Latihan lari sampai lebih 100 km tiap pekan. Siap sakit kaki. Disiplin. Fokus. Terus menerus. Dan ada ukuran yang jelas untuk menentukan mana yang unggul dan mana mana yang tidak," ujarnya.
Dalam sastra Indonesia, kata GM, untuk menentukan mana yang unggul dan yang tidak kini lebih gampang.
"Sekarang ini orang bisa jadi sastrawan karena didukung teman-teman sendiri, atau karena gencar berpromosi — atau ikut pertemuan sastrawan, atau berpolemik. Polemik itu termasuk teknik pemasaran juga," ujarnya.
Soal masuknya nama Denny JA, yang lebih dikenal sebagai konsultan politik, dalam 33 daftar itu, GM memilih tidak berkomentar. "No comment," ujarnya.
Seperti diberitakan, daftar 33 tokoh sastra paling berpengaruh menimbulkan polemik, salah satunya lantaran memasukkan nama Denny JA di dalamnya. Denny JA selama ini lebih dikenal sebagai konsultan politik yang juga pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI).
Tim 8 dari Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin menjelaskan Denny JA terpilih karena ia melahirkan genre baru dalam puisi Indonesia yang disebut genre puisi esai.
"Genre puisi esai ini memancing perdebatan luas di kalangan sastrawan sendiri. Aneka perdebatan itu sudah pula dibukukan. Terlepas dari pro kontra pencapaian estetik dari puisi esai, pengaruh puisi esai dan penggagasnya Denny JA dalam dinamika sastra mutakhir tak mungkin diabaikan siapapun," kata Ketua Tim Juri, Jamal D Rahman.
Berikut 33 tokoh sastra tersebut:
1. Kwee Tek Hoay
2. Marah Roesli
3. Muhammad Yamin
4. HAMKA
5. Armijn Pane
6. Sutan Takdir Alisjahbana
7. Achdiat Karta Mihardja
8. Amir Hamzah
9. Trisno Sumardjo
10. H.B. Jassin
11. Idrus
12. Mochtar Lubis
13. Chairil Anwar
14. Pramoedya Ananta Toer
15. Iwan Simatupang
16. Ajip Rosidi
17. Taufik Ismail
18. Rendra
19. NH. Dini
20. Sapardi Djoko Damono
21. Arief Budiman
22. Arifin C. Noor
23. Sutardji Calzoum Bachri
24. Goenawan Mohamad
25. Putu wijaya
26. Remy Sylado
27. Abdul Hadi W.M.
28. Emha Ainun Nadjib
29. Afrizal Malna
30. Denny JA
31. Wowok Hesti Prabowo
32. Ayu Utami
33. Helvi Tiana Rosa