Ingin Tinggal di Kampung, Dedi Mulyadi Bakal Sulap Rumah Dinas Jadi Museum Tatar Sunda
Di dalam museum tersebut akan disiapkan sejumlah arsip berbentuk digital, lalu dilengkapi perpustakaan berisi buku-buku sejarah.
Calon Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengaku tidak akan tinggal di rumah dinas yang kerap disebut Gedung Pakuan. Ia berencana mengalihfungsikan bangunan itu menjadi museum tatar sunda.
- Terima penghargaan, Museum Pasifika Komitmen Lestarikan Sejarah
- Menengok Jejak Sejarah Perkeretaapian di Museum Lawang Sewu, Kini Jadi Tempat Wisata Favorit di Semarang
- Museum Bale Indung Rahayu, Angkat Pentingnya Peran Ibu bagi Orang Sunda
- Kunjungi Museum Balaputra Dewa dan Taman Purbakala, PJ Gub Sumsel Bentuk Tim Pencari Peninggalan Sejarah
Di dalamnya akan disiapkan sejumlah arsip berbentuk digital, lalu dilengkapi perpustakaan berisi buku-buku sejarah. Semua Masyarakat bisa datang dan menghabiskan waktu di sana untuk belajar. Semua pengelolaannya akan diserahkan kepada dinas terkait atau lembaga khusus.
Ia berharap hal ini bisa membuat Masyarakat mengenal Sejarah mengenai Gedung Pakuan sekaligus memanfaatkannya sebaga pusat edukasi untuk siapapun yang ingin mengenal kebudayaan.
“Gedung Pakuan yang rumah dinas itu saya akan rencanakan menjadi museum tatar sunda, museum digital termasuk di dalamnya gedung perpustakaan baik perpustakaan dalam bentuk buku manual maupun e-book,” kata Dedi, Jumat (29/11).
Bekerja di Luar Kantor
Dia mengaku memilih tinggal di kampung atau rumahnya sendiri. Sedangkan untuk urusan berkantor, dirinya akan menghabiskan waktu berkeliling ke beberapa wilayah. Wilayah tersebut akan dibagi ke dalam lima kategori.
Wilayah 1 berlokasi di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang. Lalu, wilayah 2 terdiri dari Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi dan Kota Depok.
Wilayah 3 meliputi Cirebon, Indramayu, Majalengka. Wilayah 4 berada di Bogor, Cianjur Sukabumi. Wilayah 5 Ciamis, Garut, Tasik, Banjar, Pangandaran dan Kuningan.
“Saya ingin seluruh rakyat Jabar ke situ (Gedung Pakuan) nanti menikmati gedung peninggalan pemerintah kolonial kemudian terwarisi gedungnya dengan baik sampai hari ini kemudian bisa menikmati mereka di situ numpuk membaca, menganalisis sejarah,” ucap dia.
“Saya akan tetap tinggal di kampung. Tujuannya apa? Kalau saya pergi ke kantor itu, saya bisa melihat banyak hal di perjalanan. Dan kantornya kan saya jelasin saya ngantornya di luar tidak di Bandung. Jadi nanti saya bukan gubernur orang Bandung saja tapi Gubernur orang Jawa Barat,” pungkasnya.