Ini alasan PKS belum sepakat dukung Prabowo jadi capres
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Al Muzammil Yusuf menjelaskan alasan partainya belum sepakat berkoalisi dengan Gerindra dan PAN untuk mendukung Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menjadi capres. Sebab, saat ini semua parpol masih membuka ruang untuk berkoalisi.
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Al Muzammil Yusuf menjelaskan alasan partainya belum sepakat berkoalisi dengan Gerindra dan PAN untuk mendukung Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menjadi capres. Sebab, saat ini semua parpol masih membuka ruang untuk berkoalisi.
"Semua fraksi, semua partai kan masih berdialog ya membuka dialog ke semua partai lainnya. Saya kira itu biasa dalam Pilpres. Jangankan Pilpres, Pilkada saja sampai last minutes," katanya di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (16/7).
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Apa yang diusung Prabowo Subianto dalam acara tersebut? Ketua Umum Pilar 08, Kanisius Karyadi, mengatakan bahwa kegiatan yang diikuti oleh 70 ribu lebih peserta ini merupakan bentuk dukungan terhadap Prabowo Subianto dalam menjaga dan merawat Persatuan Indonesia, sejalan dengan Sila ke-3 Pancasila.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Siapa yang menjadi keponakan Prabowo Subianto? Selain itu, ternyata Tommy masih memiliki hubungan keluarga dengan Prabowo, sebagai keponakan.
-
Apa yang ditolak mentah-mentah oleh Prabowo Subianto? Kesimpulan Prabowo lawan perintah Jokowi dan menolak mentah-mentah Kaesang untuk menjadi gubernur DKI Jakarta adalah tidak benar.
-
Apa yang dilakukan Prabowo Subianto dalam Upacara HUT Polri? Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto hadir dalam upacara HUT Polri ke-78, Senin kemarin.
Dia mencontohkan pada Pilgub DKI Jakarta 2017 silam, Gerindra dan PKS sepakat mengusung pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di injury time.
"Pak Anies-Sandi itu kan sampai last minutes atau di menit-menit terakhir. Apalagi Pilpres. Jadi wajar saya kalau pimpinan partai bertemu dengan siapa saja dan kemudian sampai saat ini masih semua membuka kemungkinan ya, itu biasa enggak ada yang istimewa," ujarnya.
"Jadi saya beri perumpamaan kalau Pilkada DKI saja sampai last minutes hari terakhir itu betul-betul hari terakhir. Itu untuk DKI, apalagi untuk RI. Kan itu aja perumpamaannya," tambahnya Muzammil.
PKS juga mempertimbangkan berbagai faktor dan menerka tokoh pemimpin baru yang diinginkan publik, serta melihat kekompakan koalisi mengusung para capres dan cawapres 2019.
"Pertama, pertimbangan publik kepada calon, lalu kesiapan koalisi yang lebih besar, kan enggak mudah membuat koalisi yang lebih besar. Siapapun karena rata-rata partai kan menginginkan ada calon dari partainya kan. Persoalan lain-lain lah, Anda juga tahu," tutur Muzammil.
Alasan partai pimpinan Sohibul Iman ini belum sepakat dukung Prabowo juga karena bukan takut kalah. Menurutnya, nama Prabowo di berbagai survei sudah pas menjadi penantang Jokowi. Tetapi, PKS ingin parpol dalam koalisi bisa mendapatkan efek ekor jas yang merata.
"Tapi apakah pak Prabowo dengan PKS saja atau dengan PAN saja. Atau tiga partai atau dengan koalisi besar lainnya. Ini kan banyak tarik menarik ya karena semua partai tadi saya katakan dengan coat tail effect ini semua partai punya kepentingan. Termasuk koalisi pak Jokowi juga saya kira sama," tutur dia.
Dia juga menegaskan, bukan berarti Gerindra tak boleh memaksakan mengusung capres, melainkan tiap parpol wajar punya aspirasi.
"Gerindra punya aspirasi, PKS punya aspirasi, PAN punya aspirasi. Ya namanya bergaining tawar menawarnya apa. Nanti kita lihat, saya kira memang pencapresan ini kemungkinan akan last minutes itu. Konstelasi kan banyak termasuk nanti konstelasi Kementerian (bagi-bagi jatah menteri) yang menarik seperti apa," ucapnya.
Lebih lanjut, opsi mengusung tokoh lain juga masih terbuka. Selain Gerindra dan PAN, Muzammil berharap parpol lain bergabung antara lain Demokrat. Sebab semakin penuh koalisi mesin partai akan mantap memenangkan calon Presiden.
"Semua kemungkinan masih mungkin muncul dan semua partai kita menghormati untuk berdialog dengan siapapun. Mudah-mudahan calon terbaik yang akan memimpin bangsa ini, kan gitu," tandas legislator DPR ini.
Baca juga:
Tentukan dukungan, Demokrat tak pandang jumlah parpol pendukung Jokowi dan Prabowo
SBY-Prabowo bertemu 18 Juli, bakal ada kejutan!
Gerindra luruskan pernyataan PKS & PAN soal belum ada keputusan dukung Prabowo
Surya Paloh bantah kumpulkan kandidat Cawapres Jokowi
'Logis Jokowi memasukkan nama Cak Imin ke kantongnya'
Golkar optimis Airlangga bakal dipilih Jokowi jadi cawapres