Ini solusi Dedi Mulyadi atasi banjir di Jawa Barat
Ini solusi Dedi Mulyadi atasi banjir di Jawa Barat. Menurut dia, konsep pembangunan seharusnya berbasis lingkungan. Sehingga, pembangunan yang terjadi di satu wilayah, tidak berdampak buruk pada wilayah yang lain.
Perjalanan 'kukurusukan' calon Wakil Gubernur Jawa Barat nomor urut 4 Dedi Mulyadi menemukan persoalan besar di Jawa Barat. Beberapa daerah di provinsi yang memiliki hak pilih terbesar di Indonesia ini menjadi langganan banjir.
Kedua daerah tersebut adalah Kabupaten Bekasi di ujung barat Jawa Barat dan Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan di ujung timur. Bencana alam banjir di Kabupaten Bekasi mengakibatkan para petani di daerah tersebut mengalami gagal panen. Akibat yang sama juga terjadi di Cirebon dan Kuningan, lahan pertanian di sana hancur diterjang banjir bandang.
-
Mengapa Dedi Mulyadi akan meminta restu Prabowo untuk maju di Pilgub Jabar? Sebagai calon, Dedi mengaku akan meminta restu persetujuan dari Ketum Gerindra Prabowo Subianto untuk bertarung pada Pilkada Jabar.
-
Bagaimana Dedi Mulyadi akan mencari pasangan untuk Pilgub Jabar? "Pak Airlangga berpesan ke saya, jangan terlalu jauh kalau main dari luar rumah, jangan melewati Jawa Barat, harus berada di wilayah Jawa Barat. Kemudian nanti cari pasangan di Golkar yang sesuai dengan kriteria sebagai calon istri (wakil) yang baik," kata dia.
-
Bagaimana Dedi Mulyadi merawat Sapi Bargola? Dirawat dengan Rasa Melalui pengelolaan di Peternakan Lembur Pakuan, Dedi memberikan contoh bagaimana mengelola peternakan yang baik, pertanian organik sampai pada membangun sektor perikanan yang baik di pedesaan.
-
Apa yang dilakukan Syekh Nurjati di Cirebon? Di Cirebon, keduanya sepakat mulai mengajarkan ilmu Agama Islam yang saat itu masih banyak yang belum mengenalnya.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Kenapa Ngirab di Cirebon dilakukan? Dipercaya, tradisi ini bisa membawa keberkahan dan keselamatan, terutama jika dilakukan di hari Rabu terakhir bulan Safar.
Merespon kejadian tersebut, Dedi Mulyadi mengatakan hal tersebut memiliki sebab. Yakni, gagal pahamnya memahami konsep pembangunan.
Menurut dia, konsep pembangunan seharusnya berbasis lingkungan. Sehingga, pembangunan yang terjadi di satu wilayah, tidak berdampak buruk pada wilayah yang lain.
"Pembangunan itu kan harus holistik, dari hulu hingga hilir. Dalam konteks Jawa Barat, daerah selatan sebagai penyangga hutan dan mata air itu tidak boleh diganggu. Kalau terjadi penebangan hutan di sana, ya banjir di mana-mana. Daerah utara akan terdampak juga," katanya, Rabu (28/2).
Dedi menganalisa, bencana alam ini bukan tanpa solusi. Dedi berkeyakinan jika sungai difungsikan secara seharusnya, kejadian alam ini tidak akan berulang.
"Sungai harus segera dikeruk dari hulu hingga hilirnya. Kita ini sibuk di hilir tetapi tidak memperhatikan hulu. Kemudian di bagian hulu, hutan-hutan harus ditanami pohon kembali," ujarnya.
Selain itu, lanjut Dedi, pemasangan gorong-gorong tidak boleh menghambat aliran air. Lebih jauh, perilaku hidup masyarakat yang sering membuah sampah ke sungai pun menjadi perhatian khusus.
"Kalau masang gorong-gorong, itu tidak boleh menghambar air. Jembatan di sungai pun harus dibuat melengkung. Nanti, jika ada aliran air yang besar tidak membentur dinding jembatan," ucapnya.
Berdasarkan falsafah kesundaan, Dedi Mulyadi memahami pembangunan harus berdasarkan trilogi pembangunan Jawa Barat. Yakni, leuweung kudu diawian (hutan harus berisi pohon), lengkob kudu balongan (lembah harus diisi kolam). Selain itu, lebak kudu di sawahan (daerah rata harus ditanami padi).
"Kalau tiga prinsip ini hilang dalam pembangunan berwawasan lingkungan, maka banjir adalah konsekuensi logisnya," ujarnya.
(mdk/eko)