Ironi pencapresan Jokowi dan Prabowo
Dibanding survei CSIS April lalu, dukungan terhadap Prabowo menurun.
Dalam rilis hasil survei CSIS persaingan keta capres 2014 adalah milik Jokowi dan Prabowo. Namun dukungan terhadap dua calon kuat itu sama-sama menyisakan ironi.
Dalam bagian survei dengan skenario lima nama capres, muncul Jokowi sebagai pemenang dengan dukungan 46 persen. Selanjutnya Prabowo 14,2 persen, Aburizal Bakrie 9,9 persen, Jusuf Kalla 5,9 persen, Megawati 5,7 persen, dan yang responden yang belum menentukan pilihan sebanyak 16,3 persen.
"Dengan pertanyaan lima skenario, Jokowi tetap yang tertinggi. Demikian juga saat skenario dua calon diajukan kepada responden, Jokowi mendapatkan dukungan 58,2 persen dan Prabowo mendapatkan 19,3 persen dukungan," kata Kepala Departemen Politik dan Hubungan Internasional CSIS Philips Vermonte, di Kantor CSIS Gedung Pakarti, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (1/12).
Dibanding survei CSIS April lalu, dukungan terhadap Prabowo menurun. Saat itu dukungan Prabowo sebesar 22 persen. Sedangkan Jokowi pada April lalu mencapai 46,6 persen.
Meski mendapat dukungan kuat, Philips mengungkapkan, dua calon itu bisa saja tidak bisa dicalonkan dalam Pilpres 2014. Menurut Philips, ini tidak lain karena PDIP yang sampai saat ini belum menentukan capresnya. Sedangkan Prabowo bermasalah dengan elektabilitas partainya yang diragukan bisa mencapai 20 persen kursi DPR sebagai syarat pencalonan.
"Jangan dua calon kuat ini tidak masuk sebagai capres 2014 nanti. Jokowi mungkin belum tentu dapat tiket dari PDIP. Sedangkan Prabowo masalah partainya yang diragukan mencapai suara 20 persen. Ini ironi. Masyarakat punya calon tapi keduanya tidak bisa mencalonkan diri," papar Philips.
Survei CSIS yang bertajuk 'Tanda-tanda berakhirnya Oligarki Elite Partai?' dilakukan di 33 provinsi dan berlangsung pada 13 sampai 20 November 2013 dengan wawancara tatap muka. Jumlah sampel 1.180 responden dengan tingkat kesalahan 2,85 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Pemilihan responden dilakukan secara acak bertingkat dan proporsi kelamin 50:50 persen untuk laki-laki dan perempuan. Proporsi responden untuk desa dan kota juga sama 50:50 persen dengan data BPS 2011.