Jika tetap maju di Pilpres, Ical hanya bisa jadi 'penari latar'
Boni Hargens menyarankan agar Ical bisa dievaluasi kembali karena di Golkar masih banyak tokoh senior dan muda.
Majunya Aburizal Bakrie (Ical) sebagai bakal calon presiden (capres) Partai Golkar mulai mendapat terpaan. Penyebab utamanya, lantaran hasil suara partai dari hitung cepat yang ternyata tak menunjukkan kemajuan. Maka dari itu, posisi Ical saat ini mulai digoyang internalnya.
Direktur Lembaga Pemilih Indonesia, Boni Hargens menyatakan bahwa sebaiknya Golkar bergabung dengan Partai Gerindra . Terlebih, bersatunya partai itu agar mampu menghadapi pesaing lainnya.
"Golkar dan Gerindra , asumsi saya ini bisa menyatu dan bisa mengimbangi NasDem dan PDIP ," kata Boni saat diskusi di bilangan Cikini, Jakarta, Selasa (22/4).
Dia menjelaskan, bila Ical ngotot untuk melenggang di Pilpres 9 Juli mendatang merupakan hal yang cuma-cuma. Walaupun Golkar di peringkat kedua, ketua umum Golkar itu hanya sebagai 'pemanis'.
"Golkar ngotot mengusung ARB (Ical) di Pilpres, mungkin ARB hanya bisa menjadi penari latar. Seharusnya Golkar harus menjadi peran yang realistis," ungkapnya.
Maka dari itu, Boni mengusulkan agar majunya Ical dapat dievaluasi kembali. Selain itu, Golkar sebaiknya menyiapkan tokoh untuk melaju sebagai calon wakil presiden (cawapres).
Terlebih, tambah dia, sejauh ini Golkar merupakan salah satu partai yang paling banyak mempunyai figur.
"Saya sarankan evaluasi pencapresan Ical, dan apakah sekadar usul cawapres ke Jokowi dan Prabowo . Di Golkar banyak tokoh senior dan muda yang baik," terangnya.