Jokowi unggul di survei, Gerindra singgung undangan ke Istana
Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono curiga terhadap lembaga survei yang memenangkan elektabilitas Capres petahana Jokowi-Ma'ruf Amin makin tinggi. Dia melihat, lembaga survei tersebut pesanan. Apalagi sejak diundang ke Istana pada bulan Mei lalu dan bertemu Jokowi.
Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono curiga terhadap lembaga survei yang memenangkan elektabilitas Capres petahana Jokowi-Ma'ruf Amin makin tinggi. Dia melihat, lembaga survei tersebut pesanan. Apalagi sejak diundang ke Istana pada bulan Mei lalu dan bertemu Jokowi.
"Lima lembaga survei yang menyatakan elektabilitas Joko Widodo-Ma'ruf Amin selalu leading patut dicurigai. Pertama, kelima lembaga survei opini tersebut sebelumnya di bulan Mei 2018 di undang ke Istana. Artinya ada pesan-pesan khusus alias pesanan survei serta tidak independent," katanya dalam keterangan tertulis kepada merdeka.com, Selasa (9/10).
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
Sindiran Arief ini terkait dengan berkumpulnya sejumlah bos lembaga survei di Istana pada 31 Mei lalu. Namun Jokowi tak hanya kumpulkan lembaga survei, tapi juga pengamat politik dan pegiat pemilu.
Hadir dalam acara itu, hadir dalam pertemuan itu di antaranya, Yunarto Wijaya, M Qodari dan Direktur Perludem, Titi Anggraeni.
Arief mencontohkan, lembaga jajak pendapat Gallup asal Amerika Serikat yang menolak diundang oleh penguasa saat mensurvei pemilihan presiden.
"Tidak pernah yang namanya mbahnya lembaga survei opini yang mensurvei pilpres di Amerika Serikat, Gallups mau diundang sama Presiden Amerika Serikat incumbent. Beda sama lembaga survei di Indonesia ya," tutur Arief.
Tingginya elektabilitas survei Jokowi-Ma'ruf tersebut tidak akan mampu menahan tingginya kurs USD terhadap rupiah. Menurutnya, yang jadi ukuran di negara demokrasi adalah kinerja ekonomi pemerintah yang selaras dengan tingkat elektabilitas petahana yang akan maju lagi sebagai Presiden.
Namun, hasil survei tersebut tidak simetris dengan kepercayaan dari pelaku pasar Internasional dan lokal terhadap kinerja ekonomi Jokowi. Buktinya, kata Arief, para pemegang obligasi atau surat utang Indonesia mulai melepas besar besaran obligasi dan surat utang Indonesia.
"Terjadi capital flight besar besaran, serta ketidak percayaan para ekportir serta perusahaan penghasil US dolar untuk menahan dolar di dalam negeri. Nah semua ini yang akhirnya membuat dolar tembus hingga Rp 15 ribu lebih dan menuju 16 ribu," paparnya.
Kemudian, polling-polling media online juga tidak ada yang menghasilkan bahwa elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin lebih tinggi dari Prabowo-Sandi. Hasil survei survei Jokowi-Ma'ruf juga sangat berbeda jauh dengan SBY-Boediono pada saat krisis ekonomi global 2008 hingga pasar saham Indonesia di suspend. Pada tahun krisis yang mendekati Pilpres 2009 itu nilai kurs dolar juga beranjak turun.
"Jadi kesimpulannya hasil survei yang dilakukan oleh lembaga yang katanya kredibel dipastikan adalah hoaks dan jadi-jadian ya," tutup dia.
Diketahui, sejumlah lembaga survei telah merilis hasil survei terbarunya terhadap Capres Jokowi dan Capres Prabowo Subianto.
Misalnya, SMRC menyebutkan, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin 60,4 persen dan Prabowo-Sandiaga 29,8 persen. Sementara 9,8 persen tidak menjawab. Survei dilakukan pada 7-24 September 2018.
Selanjutnya, LSI Denny JA menyebutkan, Jokowi-Ma'ruf dipilih oleh 52,2 persen responden. Sementara elektabilitas Prabowo-Sandiaga 29,5 Persen. Adapun responden yang tidak menjawab mencapai 18,3 persen. Survei dilakukan, 12-19 Agustus 2018.
Kemudian, Indikator Politik menyebutkan, Jokowi-Ma'ruf Amin mendapatkan 57,7 persen dan Prabowo-Sandiaga Uno 32,3 persen. Survei dilakukan pada 1-6 September 2018 lalu.
Baca juga:
Soal harga nasi ayam, kubu Jokowi senang Sandiaga sering komentar 'lebay'
Di Bandar Lampung, Sandiaga ungkap kunci sukses di dunia usaha
Dekat dengan Sandi, Aburizal diyakini tak main dua kaki di Pilpres
Temui Aburizal Bakrie, timses minta saran menangkan Jokowi-Ma'ruf
Ngebet bertemu Ma'ruf Amin, Sandiaga ingin tampilkan kampanye sejuk dan damai
Gatot Nurmantyo akan tentukan sikap politik di bilik suara
Pertemuan Tim Kampanye Nasional dengan Aburizal Bakrie