Kader muda Golkar beberkan 4 'dosa' dari kepemimpinan Setya Novanto
Koordinator Generasi Muda Partai Golongan Karya Ahmad Doli Kurnia mengatakan ada 4 kesalahan dari lahirnya kepemimpinan Setya Novanto. Menurutnya, lahirnya Novanto sebagai Ketua Umum diiringi sejumlah masalah.
Koordinator Generasi Muda Partai Golongan Karya Ahmad Doli Kurnia mengatakan ada 4 kesalahan dari lahirnya kepemimpinan Setya Novanto. Menurutnya, lahirnya Novanto sebagai Ketua Umum diiringi sejumlah masalah.
Masalah pertama, Doli mengatakan, kepemimpinan Aburizal Bakrie hingga Novanto berupaya untuk menghilangkan dengan cara memecat pihak atau kelompok yang berbeda pandangan dengannya. Tujuannya, adalah agar Novanto menjadi pemimpin tunggal tanpa ada pihak yang berani mengusiknya.
"Dengan segala hormat periode yang lalu itu berusaha untuk meniadakan faksi-faksi itu. Mau tunggal dibentuk lah dewan pembina, mau ketum lah dua kali gitu ya. Itu terbawa sebetulnya, sehingga periode yang lalu itu gampang mecat-mecat orang," katanya di Hotel Puri Denpasar, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (21/5).
Hal itu terlihat dari keputusan DPP mencopot Yorrys Raweyai dari jabatan Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD I Papua. "Jadi enggak bisa kalau ada orang berbeda sedikit pecat. Sama dengan sekarang ini bang Yorrys ini anak bapaknya dipecat hari ini. Ayahnya dipecat jadi Plt di Papua, anaknya dipecat di AMPG," tegasnya.
Kedua, Doli mengungkapkan, kepemimpinan Novanto syarat dengan politik uang. Dia mendapat informasi bahwa kader yang ingin menjadi Ketua Umum harus membayar mahar sebesar Rp 1 miliar. Artinya, keterpilihan kader menjadi Ketua Umum ditentukan dengan kekuatan finansial yang dimiliki.
"Orang mau jadi ketum partai di dunia ini bayar enggak. Baru periode kemarin saja Munaslub mau jadi ketum bayar Rp 1 miliar. Kalau pun kita ribut-diribut segala macam akhirnya di bayar boleh enggak bayar enggak apa-apa akhirnya. Akhirnya yg bayar lebih banyak dia lah yang jadi ketum," ujarnya.
Masalah lainnya, lahirnya kepemimpinan Novanto itu disebabkan kesalahan menginterpretasikan hubungan Golkar dengan kekuasaan. Doli menilai, Ketua Umum pasca lengsernya Akbar Tanjung banyak dipengaruhi faktor eksternal, salah satunya kekuasaan.
"Jadi kalau selama ini memang ketum-ketum pasca Pak Akbar itu banyak sekali dipengaruhi oleh faktor eksternal atau kekuasaan," ungkapnya.
Masalah terakhir dari lahirnya kepimpinan Novanto adalah sejumlah masalah hukum yang membelitnya. Saat munaslub 2016 lalu, lanjut Doli, nama Novanto telah disebut-sebut dalam beberapa skandal kasus, diantaranya kasus E-KTP dan 'Papa Minta Saham'
"Dari awal saya sudah mengatakan, ya sorry to say e-KTP ini kan orang sudah sebut-sebut 2011 ya kan. Ya kita redam saja kan namanya. Yang paling hangat jelang munas itu adalah kasus papa minta saham," tutupnya.