Ketum Muhammadiyah Sarankan Ada Rekonsiliasi Sosial dan Politik Pasca-Pilpres
"Rekonsiliasi politik, yang menang jangan jumawa, jangan euforia. Tapi yang kalah jangan marah dan kemudian tidak menerima realitas, satu sama lain harus rekonsiliasi politik," jelasnya.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengimbau umat agar menggunakan energinya untuk menggerakkan dan memakmurkan masjid selama bulan suci Ramadan. Hampir setahun, menurutnya, banyak energi terserap untuk agenda dan kegiatan-kegiatan politik.
"Sekarang gunakan energi politik itu untuk menggerakkan dan memakmurkan masjid," kata Haedar Nashir dalam Tablig Akbar di Masjid AR Fachrudin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (2/4) malam.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Kapan Wapres Ma'ruf Amin dijadwalkan mencoblos? Ma’ruf dan keluarga dijadwalkan menggunakan hak pilihnya pukul 09.00 Wib.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Di mana Wapres Ma'ruf Amin akan mencoblos? Wakil Presiden (Wapres) RI, Ma’ruf Amin direncanakan mencoblos di TPS 33 Kecamatan Tapos, Depok.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Kenapa Ma'ruf Amin berharap pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka melanjutkan Inpres Jalan Daerah? (Inpres Jalan Daerah) ini komitmen pemerintah mudah-mudahan ini dilanjutkan terus nanti oleh pemerintah yang akan datang. Komitmen ini, sebab ini kan pemberdayaan masyarakat, kesejahteraan yang merata, tidak hanya di pusat-pusat tapi juga di daerah-daerah," ujar dia, dikutip dari Antara.
Haedar menyebut tokoh dan mubalig Muhammadiyah harus bisa mencerahkan lewat ceramah-ceramahnya. Selama Ramadan harus merekatkan kembali persaudaraan di masyarakat.
Dia tidak sependapat dengan sikap yang menganggap politik sebagai jalan perjuangan penghabisan. Karena semua harus ditempuh sesuai dengan mekanisme yang sudah disepakati.
"Kalau mau jor-joran seperti itu, jangan sampai seperti di Baratayudha perang Kurukshetra, baik yang Amarta maupun Hastinapura sama-sama hancur. Yang senang siapa? Sengkuni, sengkuni dalam negeri maupun sengkuni mancanegara," katanya.
Selain itu, Haedar menyarankan agar peserta pemilu memakai jalur konstitusional jika menemukan dugaan pelanggaran dan kecurangan. Semua peserta pemilu, lanjutnya, juga harus bersabar menunggu pengumuman resmi hasil penghitungan suara dari KPU pada 22 Mei mendatang.
"Apabila ada perselisihan, perbedaan dan apa yang dianggap kesalahan, mungkin juga kecurangan maka selesaikan juga dalam jalur konstitusi. Bawa ke Bawaslu sampai ke MK, karena itulah yang diberikan konstitusi yang semua partai politik, juga kan mengeluarkan legislatif tentang itu, sehingga harus menaatinya. Karena tidak jalan lain selain jalan konstitusional," jelasnya.
Pemilu 2019, kata Haedar, merupakan pemilu kelima di era reformasi. Sehingga masyarakat dan elit harus semakin matang, dewasa dan mengedepankan keadaban dalam politik dan berdemokrasi.
"Terlalu mahal kalau pemilu yang sudah berjalan berkali-kali kita korbankan, hanya karena kita tidak puas dalam proses tertentu. Ketidakpuasan salurkan lewat jalur konstitusi," tegasnya.
Dia juga menyadari pilpres telah membelah masyarakat pada dua pilihan. Pihaknya berharap kondisi ini tidak berlarut ke depannya. Untuk itu, Haedar mengingatkan kepada kedua kubu pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga agar segera berekonsiliasi.
"Rekonsiliasi secara sosial, di mana masyarakat guyub kembali dan itu kebudayaan bangsa Indonesia. Rekonsiliasi politik, yang menang jangan jumawa, jangan euforia. Tapi yang kalah jangan marah dan kemudian tidak menerima realitas, satu sama lain harus rekonsiliasi politik," jelasnya.
Terakhir, dia meminta warga Muhammadiyah harus menjadi contoh dalam menyikapi hasil Pemilu, apalagi jelang Ramadan. Semua itu harus dimanfaatkan untuk menciptakan persatuan, suasana damai, gembira dan kembali menjalani kegiatan produktif.
"Karena bangsa Indonesia ini juga tantangannya besar," tutup Haedar.
Baca juga:
Soal Ijtima Ulama III, Ketum Muhammadiyah Ingatkan Tugas Ulama Mempersatukan Rakyat
Elite Politik Diminta Tak Memprovokasi dan Membelah Masyarakat
Rakyat Terbelah karena Pemilu, Muhammadiyah Gagas Rekonsiliasi Nasional
Ketum Muhammadiyah Minta Jokowi dan Prabowo Tidak Buat Pernyataan Konfrontatif
RIB Targetkan 80 Persen Kaum Milenial Muhammadiyah Dukung Jokowi