Ketum PP Muhammadiyah Nilai Pilpres 2019 Seperti Laga 'El Clasico'
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengumpamakan Pilpres 2019 seperti laga El Clasico. Laga El Clasico merupakan laga pertandingan dua klub raksasa asal Spanyol yaitu Barcelona dan Real Madrid.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengumpamakan Pilpres 2019 seperti laga El Clasico. Laga El Clasico merupakan laga pertandingan dua klub raksasa asal Spanyol yaitu Barcelona dan Real Madrid.
Haedar mengungkap perumpamaan El Clasico ini diambilnya dari kondisi Pilpres 2019. Haedar menyebut jika kedua capres telah pernah bertemu di Pilpres 2014 yang lalu.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Apa yang dibicarakan Prabowo dan Jokowi? Saat itu, mereka berdua membahas tentang masa depan bangsa demi mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045.
Pertarungan di Pilpres 2019 sendiri menjadi semacam partai ulangan dari Pilpres 2014 yang lalu. Haedar mengungkapkan karena menjadi semacam partai ulangan, kondisi ini pun membelah masyarakat.
"Politik sekarang ini membelah. Akibat dari dua pasangan yang ini ulangan dari periode yang lalu. Jadi kayak El Clasico. Karena El Clasico itu, lalu muara menang kalahnya itu tinggi sekali. Partai ulangan itu," ujar Haedar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Bantul, Senin (11/2).
Haedar menerangkan, saat ini masyarakat dalam keadaan to be or not to be. Sehingga masyarakat yang mendukung pun menganggap calon yang didukungnya harus menang dan jangan sampai kalah.
Haedar menambahkan kondisi tersebut sangat potensial melahirkan permusuhan. Selain itu rasa benci dan permusuhan ini bisa menjalar dan merugikan kesatuan dan persatuan bangsa.
Haedar pun menerangkan di tengah kondisi masyarakat yang terpecah inilah Muhammadiyah mencoba untuk hadir. Muhammadiyah, disebut mencoba hadir membangun keseimbangan dan kejernihan berpikir.
"Apa yang terjadi, itu situasi potensial untuk ada rasa permusuhan. Rasa saling terancam kebencian dan sebagainya. Muhammadiyah mencoba membangun keseimbangan dan mengajak masyarakat untuk berpikir lebih jernih kontemplatif dan kembali pada ajaran agama yang mengajarkan kedamaian, persaudaraan, kebajikan, nilai-nilai amanah," tutup Haedar.
Baca juga:
Hadiri Pameran Lukisan, Hasto Sebut Seniman Sejak 2014 Dukung Jokowi
Tak Merasa Sindir Mbah Moen, Fadli Zon Tolak Minta Maaf Soal Puisi
Pemeriksaan Ketua PA 212 Dipindah, Polda Jateng Antisipasi Aksi Demo Pendukung
'Sampaikan ke Pak Amien Rais, Muhammadiyah Tak Dukung Nomor 1 atau 2'
TKN soal Muchdi Pr Dukung Jokowi: Orang Dekat Saja Tinggalkan Prabowo Apalagi Rakyat
Balas Jokowi, Gerindra Tegaskan Tak Ikut Teken APBN